Deret Daun Nangka ( foto by Bpk Titi Bachtiar ) |
Perjalanan hidup, yaaaa itulah yang
aku dapatkan sore ini di minggu terakhir penghujung tahun. Seperti apa hidup
ini ingin kita buat, seperti apa kita ingin dikenang, bagaimana orang akan
mengingat kita, ingin seperti apa saat kita berpisah dengan kehidupan ini serta
berbagai tanya lainnya tetiba melintas kembali saat saya berkendara menuju
rumah.
Teringat sebuah gambar deret daun
nangka dari berwarna hijau hingga menguning, proses perjalanan sehelai daun. Bisa
jadi perjalanan hidup kita seperti itu. Dari usia muda hingga akhirnya menua. Tentulah
berproses layaknya daun nangka tersebut. Menguning secara bertahap, dari bagian
atas daun hingga akhirnya seluruh bagiannya berubah warna. Lalu membiarkan
dirinya jatuh diterpa angin, tak kuasa menolak, tak kuasa menahan dirinya untuk
tidak jatuh. Melayang lalu terhempas, namun diterimanya dengan ikhlas, sebuah
bentuk penerimaan. Begitu pula yang
seharusnya kita sadari, proses berkehidupan berjalan meski tidak tertutup
kemungkinan kita tidak mengalami masa menua/menguning. Saat hijau diruntuhkan
pun dapat saja terjadi. Perjanjian untuk kembali tidak ada yang tahu kapan
saatnya. Apa yang dapat kita lakukan saat berada di fase “segar”, hijau dan
terlihat kokoh? Daun nangka yang muda menyebarkan nutrisi yang dia dapatkan
kepada daun yang lain, berbagi kebaikan. Kita? Asik dengan kehidupan sendiri,
mempertahankan bagaimana agar eksis di fase itu, tidak peduli sekitar lalu
berusaha menolak proses menua.
Tuhan memberi isyarat di setiap
proses, namun kita menjadi mahluk yang tidak peka. Kesehatan yang menurun, daya
ingat yang tidak setajam dulu, kelelahan fisik yang sering terjadi, dan isyarat
lainnya. Sebuah pertanda bahwa ada fase yang akan dimasuki. Persis seperti
deret gambar daun nangka. Mengingat itu semua rasanya menjadi takut untuk
menghadapi apa yang dinamakan kematian, sebuah fase yang seharusnya tidak perlu
kita takuti karena itulah bentuk penerimaan, tidak bisa kita hindari karena itu
adalah sebuah kepastian. Tapi lagi-lagi kita dibuat lupa bersiap dengan sesuatu
yang pasti.
Motor masih melaju perlahan, rinai
hujan menemani, jalanan tidak sepadat kemaren, aroma akhir tahun mulai tercium.
Beberapa hari lagi Tahun 2016 akan kita tutup. Ratusan hari yang akan kita
tinggalkan akan menjadi sebuah kenangan. Isyarat nyata dan mudah tentulah
ada. Usia akan bertambah, mendekat ke arah perjanjian perpisahan. Bagi
saya yang dilahirkan di bulan Maret, pergantian tahun selalu mengingatkan usia
akan segera berubah, tidak lama lagi. Entah apa yang akan terjadi di tahun
tersebut, akankan impian yang tertulis di kertas putih ini tercapai atau saya
diberi kesempatan untuk menulis ulang. Saya pandangi catatan impian yang saya
tulis di awal tahun 2016. Beberapa tercapai dengan cara-Nya. Meski berliku
akhirnya dapat digapai. Namun banyak pula yang belum, banyak hal yang semestinya tidak saya lakukan
namun lagi-lagi saya memafkan diri atas semuanya. Apa pun yang terjadi tidak ada
yang kebetulan, garis Tuhan ada di sana, Lalu pinta yang penting adalah Tuhan
Maha Baik memberikan ridho atas semua ini, Tuhan Maha Pengasih selalu
memberkahi langkah kaki ini. Banyak hal yang telah terjadi di 360 hari kemaren,
dan saya akan menuliskannya nanti.
Penerimaan atas segala hal dan
yakini rencana Tuhan akan slalu lebih baik. Berharap sangat akan banyak keajaiban di tahun depan, lebih belajar lagi menata diri agar deret daun nangka ini dapat aku lalui dan nikmati setiap prosesnya hingga saat itu tiba. Berfokus pada hal-hal baik, mencari magnet-magnet kebaikan, melupakan yang tidak perlu diingat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar