Selasa, 25 November 2014

Mengingatmu dan berterima kasih untuk semuanya ^guruku^

       Kemarin, 25 November  sejenak pikiran saya  melayang ke masa-masa sekolah.  Melintas wajah-wajah yang  telah mendorong saya  sedemikan rupa dengan caranya agar saya  menjadi manusia yang lebih baik  darinya.  Kenangan lama itupun seakan bangkit kembali. Kursi kayu, papan tulis, kapur putih, penggaris kayu serta penghapus persegi menjadi bagian yang tak lepas dari kehidupan pendidikan saya. 
             Kemarin, 25 November saya diingatkan kembali tentang kebaikan budi dari para guru. Memulai mengenal huruf, mengenal angka hingga menyambung huruf demi huruf dimulai di sekolah ini. SDN Blok.C, lokasinya tidak jauh dari rumah, dulu saya tempuh dengan berjalan kaki  15-20 menit, tentu dengan langkah kecil seorang bocah berseragam merah putih. Guru saya di kelas 1 bernama  ibu Tatu, kulit putih, bersanggul dan menggunakan kebaya. 0’ya saat itu awal tahun 80an. Seperti ibu Kartini penampilannya. Penggaris panjang kayu selalu dipegangnya. Mengetuk huruf di papan tulis dan saya sekelas mengikutinya dengan suara keras. Berbeda dengan anak-anak sekarang ya…,yang banyak les baca, menyambung huruf dsb.

          Masuk pukul 07.00 pagi dengan suara lonceng besi, berada dibangku kayu itu ditemani ibu Tatu hingga pukul 10.00 pagi. Lancar dengan huruf maka saya mulai belajar menyambung huruf dengan tulis sambung, namanya menulis halus. Kertas untuk menulisnya berkolom besar kecil. Berusaha untuk menulis rapi saat itu, walaupun sekarang tulisan saya berubah menjadi sangat jelek hingga banyak orang kesulitan membaca tulisan saya heheh, untunglah sekarang saya menulis ini dimonitor laptop sehingga teman-teman tidak kesulitan membacanya J. Guru SD saya yang lain bernama ibu Iyong Febriyanti. Bertubuh gemuk, berkacamata dan baik hati, (semoga Allah memberikan kelapangan kuburnya) Beliau menjadi wali kelas saat kelas II, dan saat kelas III saya diasuh oleh ibu Helena, rumahnya dekat sekolah, saya sering mampir pulang sekolah untuk belajar matematika dan senang sekali karena punya pohon jambu batu. Salah satu buah favorit hingga sekarang mungkin karena dulu seringnya makan buah jambu batu. 
Dikelas IV saya diasuh oleh ibu Yati, berlogat sunda, berkulit putih, rambutnya hitam sebahu. Beliau menjadi wali kelas juga dikelas VI. Waah, beliau yang  paling sibuk saat kita semua hendak ujian. Saya ingat betul bagaimana beliau terus-menerus memberikan PR lalu Tanya jawab di kelas. Alhamdlh  saat itu kita semua lulus dan banyak masuk ke SMP favorit. Itu membuat beliau bahagia sangat. Selain guru wali kelas, ada pak Toton, lalu Ibu Isah yang mengajar bahasa Indonesia, dan pak guru olahraga. Masyaallah sampai hari ini saya benar-benar lupa namanya. Maafkan pak. Tapi saya ingat wajahnya. Olahraga yang bisa saya ikuti hanya bermain kasti dan atletik. Main volley, berenang seringnya cuma jadi penonton ;( 
        Lulus SD, saya masuk ke SMP Negri I, yang letaknya juga tak jauh dari rumah. Pulang pergi dengan berjalan kaki. Dulu masih sepi jadi jalan rame-rame memenuhi jalan juga aman. Sekolah saya dekat pasar, dekat Bioskop (posternya terlihat dari jendela sekolah), juga dekat dengan stasiun. Sekarang sekolah saya sudah 2 lantai. Tapi halaman tempat upacara masih seperti dulu, dan saya sangat ingat itu. Maklum dulu sering jadi pembaca UUD 1945 J
Dikelas 1 saya diasuh oleh bu Reny Damaiyanti. Beliau juga guru seni/tarik suara. Wah suaranya bagus, teknik vokalnya keren, berkarakter banget deh (istilah AgnesMo). Dengan beliau pula saya sering menjadi pasukan paduan suara saat upacara hari-hari besar, mengenal istilah stakkato, mars dll dan yang pasti belajar mengenal alat music. Main seruling, lalu clarinet dsb. Beliau sangat disiplin. Dikelas II saya bertemu dengan Ibu Cucu, beliau guru fisika juga. Tidak tinggi, sedikit gemuk dan cantik. Kacamata tak pernah lepas dari wajahnya. Logat sundanya pun kental. Wah …..kalo bu cucu sudah depan kelas saya pasti akan banyak diam. Fisika itu menurut saya pelajaran tersulit, benar-benar dibuat susah. Sampai saat ini saya masih berpendapat seperti itu. Dari beliau saya mengenal istilah energy, kecepatan, lalu bayangan dsb. SMP gurunya lebih banyak, karena tiap mata kuliah pelajaran diasuh oleh seorang guru. Ibu Tuti adalah guru biologi saya, lalu Pak Hasan guru PSPB ( jaman sekarang namnya sejarah deh), Pak Rifai guru agama, dan pak waslam guru olahraga. Di SMP saya menyukai basket, belajar lempar cakram juga sepak takraw. Seru mengingat masa ini. Oya bicara SMP, maka saya pasti akan teringat Bpk. Andi, my English teacher. Bpk Andi ini wow banget. Saya termasuk orang yang suka kena semprot karena englishnya dibawah standar heheh, kata beliau saya kebanyakan makan bakwan. Jadi susah ngerti haha. Mungkin ntar kalo saya punya anak tak kasih keju tiap sarapan biar English gitu hehe. Masa SMP memang masa peralihan maksudnya beralih iseng, beralih sedikit ‘nakal’ J. Maafkan kami pak…,karena pernah menyalakan petasan dalam kelas, mengunci kelas agar pak guru gak bisa ngajar, dan kenakalan lainnya. Kelas III, masa berat. Tiada hari tanpa tambahan pelajaran, bpk dan ibu guru gak cape ngurus kita, memikirkan kita agar lulus dengan nilai maksimal tapi kita asik baca majalah Hai (duuh ibu..maafkan kami).
Saya belajar akutansi juga di SMP, bu Darmi nama gurunya. Mungil, imut. Suaranya pelan. Belajar debet kredit, jadi tau-deh istilah dalam neraca keuangan. Guru yang sangat disiplin untuk urusan PR di SMP ini adalah guru matematika. Ibu yani namanya. saya dan teman-teman langsung duduk tertib, tenang, dan gak berani tengok kiri kanan karena ini pelajaran susssssah banget, KPK, FPB, lalu geometri dsb. 
Subhanallah. Doa buat guru-guruku semua.
1991, masuk dunia sekolah menengah. Kali ini sekolahnya tidak dekat rumah, setengah hari perjalanan dengan bis kota (belum ada jalan tol  jkt-merak). Saya mulai belajar mandiri secara total, jadi anak kost saat usia belum 15 tahun. Tinggal di Jakarta pusat, dibelakang penjara Salemba. Sekolahnya terletak dalam kompeks BPOM. Kecil memanjang, kelasnya cuma tiga. Tapi punya laboratorium terlengkap. Keren dah. Kepala sekolahnya bernama bpk Indiarto kami memanggilnya pak indi, tinggi tegap suaranya pelan. Beliau mengajar fisika juga. Nah….karena suaranya pelan beberapa teman saya sering tidur dengan posisi duduk tegak, dan diktat panjang tebal tetap ditangan, posisi terbuka. Saya tidak tidur tapi yaa itu tadi tetap gak ngerti, karena sejak SMP mata pelajaran Fisika itu sulit. Walau telah lama berlalu namun gaya mengajarnya saya ingat benar. Kacamata itu pasti. Alhmdlah senang sekali masih berkomunikasi dengan beliat di fb. Pak Gurunya keren ya, update terus. Guru saya yang lain bernama bu Tati (namanya sama hehe). Guru kimia anorganik, belajar golongan unsur hingga membuat jembatan keledai agar kita mudah menghapalnya. saya cukup dekat dengan beliau, pesannya yang saya ingat benar adalah saat lulus, saya katakan saya tidak melanjutkan sekolah, mau pulkam dan kerja. Beliau berpesan jangan putus sekolah, jadilah seorang apoteker  dan kamu bisa (ibuuuu...saya berhasil mewujudkannya walaupun tertunda bertahun-tahun...)
Satu lagi guru perempuan saya bernama bu suryati. Asik banget gaya bicara dan jalannya. Bawanya motor vespa. Senangnya memakai blus putih dan rok biru tua bentuk A. sepatu tanpa hak, wajah tanpa makeup, rambut dijepit. Mata pelajarannya adalah ilmu resep, eeh saya belum cerita yaa sekolah menengah atas yang saya pilih adalah sekolah menengah farmasi. Jadi saya belajar ilmu resep. Menghitung dosis, membuat aturan pakai juga belajar membuat obat yang ditulis dalam resep. Tulisan saya yang jelek sedikit tertolong karena di resep tulisan juga banyak yang jelek hahah. Saat kelas II saya punya guru baru, dari Sumbar mengajar bahasa Indonesia. Spesial sekali guru ini di mata teman saya yang laki-laki, mau tahu kenapa??............gurunya mirip model,postur maupun wajahnyaJ.
Guru saya yang lain, Bpk abdulah (semoga allah melapangkan kuburnya). Beliau guru b.inggris, wajahnya sedikit galak tapi beliau baik hati terutama dengan anak-anak kost. Kalo b.inggris menjadi pelajaran terakhir, saya dan teman-teman pernah beberapa kali dibelikan ice cream, makan rame-rame. Sebagian dari kita adalah orang daerah, jadi kebayang dong senangnya ditraktir ice cream. Ada guru saya yang gayanya nyentrik, bicaranya cepat. Kalo sekarang saya berpikir beliau cocok jadi sutradara gitu. Seni banget sedikit gondrong beruban. Beliau mengajar pengenceran, ilmu yang mempelajari seni bagaimana kita bisa menimbang dlm jumlah kecil, mengukur dalam jumlah kecil, Mungkin yang seangkatan dengan beliau adalah guru bahasa latin, Adi Dharma bpk guru kami tercinta (semoga allah menjadikan ilmunya sebagai penerang di alam kubur). Setiap anak farmasi belajar bahasa latin, itulah bahasa yang digunakan dalam istilah farmasi maupun kedokteran. Pak Adhi ini tegas sekali, tulisan kita harus rapi karena memang jika tidak jelas bisa mengubah arti, dalam b.latin huruf a dan o menjadi huruf yang penting. Beliau kalo ulangan selalu membuat dua sisi, kanan kiri akan berlainan soalnya dan selalu di dikte, jawab langsung, tidak akan dibiarkan menengok kiri kanan apalagi buka catatan haha. Sst..ada guru yang muda dan ganteng juga waktu itu, masih single hahaha, saaayaaang kita banyak di lab jadi cuma sempat lirik-lirik aja hahha. Pak Jun itu guru matematika dan pak Rahman guru biologi. Pak Guru yang suka melucu namanya pak Sardi, beliau guru analis kimia. Guru yang super sepuh adalah guru undang-undang kesehatan. Belajar dikelas bersama beliau wajib punya penggaris ditangan kanan, pensil ditangan kiri. Setiap beliau bilang penting maka kami akan menggaris bawahi pasal-pasalnya lalu memberikan tanda seru di bagian kanan tulisan. Alhmdlah metode ini saya gunakan sampai saat ini, menggaris dan member tanda seru.  Wali kelas saya dulu namanya bpk Yayan, beliau mengajar juga ..sebentar namany saya lupa…….akutansi aah bukan..oyaa..yaaa…namanya mata pelajaran administrasi. Pusing karena membuat neraca, lebih senang belajar kimia organik ataupun kimia analisa hehe. Sudah cape bikin neraca eeeeh pas ditutup antara kanan kiri tidak seimbang, dan mesti buat awal lagi, tapi beliau termasuk guru yang sabar gak pernah marah. Sapa lagi .....masyaallah hampir terlupa bpk sobari, sinonim nama pelajarannya. Kita harus hapal nama persamaan suatu obat, ataupun simplisia. Beliau memberikan tips bagaimana kita menghapal isi diktat itu. saya menulis dalam kertas-kertas kecil ditempel di lemari pakaian, cermin, pintu kamar mandi, dekat rak sepatu, sampai dinding pinggir tempat tidur hahaha. Dan...memang berhasil..............mau tak mau saya membaca note itu tiap hari sampai hapal deh. tadi saya cerita yaa, saya jadi anak kost yang uangnya dikirim pake weselpos, tahun itu belum ada ATM, dan kadang terlambat nyampenya. Pak Gite adalah guru kimia yang saya datangi untuk pinjam KTP beliau ambil uang di kantor pos, kalo telat beliau juga yang tahu duluan karena SPP dan uang kost ikutan telat. Subhanallah baiknya guru-guruku. Dibawah ini adalah guru di SMF dan saya meneteskan air mata mengingat mereka satu persatu. Kami seperti keluarga, karena mereka adalah orangtua saya saat saya jadi anak kost, selama tiga tahun bersama di ruang itu. (maaf ada yang saya lupa, bapak bagian TU..:(.

        Disekolah ini kedisplinan kejujuran sangat ditekankan, karena memang itulah yang menjadi penolong kita terlebih setelah lulus bekerja sendiri menangani resep, jadi kita selalu diberi wejangan tentang dua hal tersebut.

Lulus dari sini….lanjut sekolah lagi..tapi ceritanya nanti lagi deh…sudah mesti time out, waktunya makan siang..:D

Rasa terimakasih tentu tidak cukup untuk orang-orang hebat yaitu guru-guruku semua. Sumber inspirasi serta motivasi. Permohonan Kepada Yang Maha Pemurah itu yang akhirnya bisa saya lakukan, mudahkan guru-guruku, perlancar rezekinya, panjangkan usianya, sehatkan beliau2 dan jadikan ilmu yang telah diberikan menjadi catatan kebaikan. Untuk yang telah pergi, saya yakin dan percaya bahwa ilmu yang bapak/ibu guru berikan adalah amalan yang tak pernah terputus untuk bapak dan ibu
Terimakasih guru……………

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar