Malam pertama,
Masih tanggal 1 januari, dan baru beranjak
dari jam 10 malam. Namun kami semua team 12 sudah sampai di Pal Tuding. Pijakan
awal menuju Kawah Ijen, di puncak Gunung Ijen dengan ketinggian kurang lebih 2368 meter diatas
permukaan laut. Suasana sudah ramai dengan banyaknya para pendaki yang akan
memulai perjalanan dinihari. Parkiran penuh dengan berbagai macam jenis
kendaraan. Pak Rahmat, driver dari mobil kami yang banyak bercerita sepanjang
perjalanan di perkebunan karet tidak ikut naik ke Ijen. Beliau akan menunggu
sampai kami datang. Mas Anner yang
menyambut kami di st. Karang Asem pun tidak ikut menemani trip kami hingga besok
sore karena masih harus bekerja. Kami dipandu oleh Mas Gilang, yang menggunakan tas selempang hitam dan topi serta Mas Deva, sepertinya lebih muda dari mas
gilang, yang khas dengan rambut kriwil dan senyum lebarnya.
|
pose sebelum nanjak |
Kami dibekali
dengan 1 botol air mineral plus roti manis oleh Tim Kemunir. Bersiap dengan
jaket, sarung tangan, masker, serta kaos kaki kami turun dari mobil
melihat-lihat kondisi sekitar Pal Tuding. Sinar lampu hanya temaram, bisa
dibilang cenderung gelap. Beberapa warung menawarkan banyak pilihan makanan
sebelum kami naik ke Ijen, tapi karena kami sudah makan di warung Bu Saleh
depan stasiun, kami tidak memesan makanan, kami hanya duduk-duduk saja menanti
dibukanya kawasan Ijen pukul 1 dinihari. Kantuk mulai menyerang, dingin sangat.
Saya masuk mobil lagi bersama bang Zul dan Mak’e, mengatur posisi dan akhirnya
tertidur pulas sangat pulas. Tiba-tiba saya terbangun dan suasana terdengar
riuh, Bang Zul dan Mak’e masih tertidur, saya keluar dan mencari teman yang
lain, gelaaaap..susaaah menemukan mereka. Heiii….ternyata Ana tidur pulas di selasar warung.
Suara Mas gilang memanggil kami untuk berkumpul. Sudah lewat
sedikit dari pukul 1 dinihari. Hanya Mas Aang yang membawa ransel besarnya,
yang lain hanya membawa tas kecil berisi air minum termasuk saya. Mas Gilang
mengarahkan bahwa perjalanan untuk mencapai kawah ijen bisa memakan waktu 2 jam
dan medannya menanjak, jadi jangan buru-buru, pelan saja dan jangan paksakan
jika tidak mampu. Sebenarnya jarak tempuh hanya 3km, namun derajat kemiringan
bisa sampai 35 derajat. Waaaaah……ketar ketir juga nih…masih kuatkah saya
berjalan. Teringat jarang mengolah raga hehehe. Berdoa sejenak dipimpin Bang
Anton kami memulai. Bismillah! Tapak kami membelah hutan di waktu dinihari.
Suasana damai, lampu-lampu senter yang digunakan dikepala team lain menyinari
jalan setapak. Pohon besar dikiri kanan, beberapa pohon tumbang dan membuat
kami harus berhati-hati. Alhamdlh cuaca cerah, bintang dan bulan ikut menyinari.
Awalnya beberapa puluh meter kami berjalan bersama, namun saat mulai menanjak
kami mulai terpisah. Mas Gilang didepan bersama Mas Aang, Kak Ellen, ibeth, rini,
mak’e, zul dan bang anton. Aku, Anna dan kak dolly mulai tertinggal. Dibagian
belakang Trias dan mbak Puji ditemani mas Deva. Lama-kelamaan rombongan mas
Aang menghilang, aku masih bertiga, dan Trias sudah tidak terlihat dibelakang.
Entah berapa puluh kali kami berhenti. Kak Dolly akhirnya terpisah saat
tanjakan mulai terasa lebih tinggi. Aku berdua Ana saling menyemangati. Napas
pendek, berkali-kali minum, lalu berhenti. Saat kondisi begini, aku jadi ingat
umur hahaha, menyadari sepenuhnya, karena semangat terus ada, namun akhirnya
mengakui bahwa kondisi tubuh sudah tidak seperti dahulu lagi hahaha. Pendaki
gunung palsu :D. Terus membelah malam, berjalan pelan, sesekali berhenti
menunggu lampu sorot karena kami berdua hanya mengandalkan lampu dari hape,
sinarnya sangat kurang. Sempat beberapa kali berteriak memanggil kak Dolly
dengan sebutan Jeng Cynnnn..untuk memastikan dia ikut berjalan namun akhirnya
kami tidak lagi mendengar sahutannya. Memandang kebawah rasanya takjub sekali,
indahnya lampu-lampu disekitaran Bondowoso membuat aku dan Anna bertasbih
melihatnya. Jalur pendakian semakin miring, kami merapat ke kanan, tanah yang
berpasir membuat langkah semakin berat. Akhirnya kami sampai di Pos Bunder
(posnya berbentuk lingkaran), berbelok ke kanan, dan menanjak kembali. Bau
belerang sempat mampir dan terasa sekali, pedih juga dimata. Beberapa pendaki
mengingatkan kami untuk membasahi masker. Semangaaaaat…..kami harus sampai ke
Ijen. Itu yang membuat kami terus melangkah. Akhirnya kami mencapai dataran yang landai,
penuh dengan orang. Alhmdlh kami sampai di Kawah Ijen. Tapi….mana teman-teman
kami. Keadaan masih sangat gelap, bagaimana kami menemukan team kami, bau
belerang mulai terasa. Kala kami berdua bingung tiba-tiba muncul dihadapan kami
Mak’e dan mba Rini………subhanallah..kami bertemu team kami. Senaaaaang banget.
Angin mulai menusuk kami dengan dinginnya, Mas Gilang mencari perlindungan
dibalik batu. Mak’e dan bang anton langsung dapat posisi untuk istirahat.
Dingin sangat dingin. Kami menanti matahari terbit dan bergeraknya kabut yang
menutupi kawah. Kak Dolly mana yaaaa….semua bertanya, lalu kami berkelakar
tentang halusinasi kami di stasiun, dan membayangkan di Ijen kami menemukan
fast food juga. Lalu tiba-tiba tanpa disangka-sangka saat kami berbincang, ada
suara “ KFC gak ada”….dan kami berteriak suka cita..Kak Dolly…………..!! Jenk
Cynnnnn…………!! Muncul dengan sandal jepitnya, sendirian, tanpa senter.
Subhanallah. Perjuangannya mencapai puncak dilakoniny sendiri dan semangaaat
yang menggila. Jauh dari batam harus mencapai puncak! Kok jenk Cyn bisa tau
kita disini??....ditempat tertinggi dari kawah ini..dan jawab jenk Cyn dengan
pasti….semua akan mencari sunrise, dan puncak tertinggi adalah pilihannya.
Mantap!! Oya….Bang Zul teman kamipun terpisah dari rombongan, tapi kami yakin
dia sudah ada disini. Trias dan mba Puji entah sampai dimana kami berharap
bertemu, mereka berdua didampingi Mas Deva. Gerimis mulai turun, sunrise
dipastikan tidak kami dapatkan. Melihat jam, kami sepakat sudah waktunya sholat
subuh. Membentangkan sajadah kami bergantian sholat dengan bertayamum dan itu
rasanya…masyaallah. Kami benar-benar kecil. Allah Maha Kuasa. Benar adanya
bahwa inilah tiang-tiang bumi dan kami ada dipuncaknya. Sehabis subuh akhirnya
Bang Zul ditemukan, ternyata dia dari bagian bawah kawah dan alhmdlh dapat
mengabadikan bluefire, api biru yang merupakan sebuah keajaiban dan dapat
terlihat sebelum pagi, yaaa seperti saat ini masih pukul 4 pagi. Angin
berhembus, bau belerang sangat tajam. Mas Gilang bilang…jika kabut ini bergerak
maka akan terlihat kawahnya. Titik api biru terlihat dari atas, dan sangat
jelas saat berada dibagian bawah kawah. Sudah jam 5, gerimis lagi, Trias dan
mbak Puji belum berkumpul bersama kami. Jika dalam 15 menit lagi hujan turun
maka kami semua akan turun. Mas Gilang bertanya beberapa kali..yakin mau
turun??...liat kawahnya dulu.
Dan benar…………………hujan tidak turun, kabut bergerak, lalu kami berteriak……subhanallah….bagus bangeeeet……..kereeeen banget. Indaaahnya Kawah Ijen setelah kabut perlahan
pergi. Warna hijau toska terlihat jelas, weslah pokoke kayak gambar di kalender…indah..sungguh
indah.
|
Bluefire jepretan bang Zul yang turun ke bawah kawah |
|
Senangnya.......ini benar-benar keren |
|
Saat kabut belum hilang dan kawah belum tersapu seluruhnya |
|
Haiiii.............kamiii sampai puncak Ijen |
|
Pose.....:D |
Kawah Ijen ini luasnya 5466 hektar, dalamnya 200 meter, memproduksi 36
juta meter kubik belerang dan salah satu pusat belerang terbesar di dunia.
Disisi kiri lereng-lereng kawah khas sulfur mempercantik pemandangan kawah ini.
Allah Maha Indah. Berdecak kagum, lalu semua ambil posisi………..take a picture,
tongsis bergerak, Bang Anton sibuk dengan kameranya dan kami sangat senang
menjadi modelnya. Hilang semua lelaaaaah, betis kami yang terasa berat menjadi
ringan kembali. Terbayar Lunas di Puncak Ijen. Kami ingin berlama-lama namun
kami harus melanjutkan perjalanan, maka tepat pukul 6 pagi kami turun,
tinggalkan kawah hijau toska penuh pesona. Sambil turun kami berharap kedua
teman kamipun menyaksikan fenomena indah ini, walau kami tak bertemu. Perlahan turun, udara segar, pemandangan nan mempesonaPuncak Gunung Raung dapat kita
lihat di pagi ini. Bongkahan belerang disimpan disudut-sudut tanjakan. Beberapa
penambang menawarkan belerang yang sudah dibuat beraneka bentuk. Mak’e membeli
beberapa buah. Hutan yang semalam kami lewati begitu indah dipagi hari itu.
|
Bersama Bongkahan belerang |
|
Ini namanya pondok Bunder |
|
pohon raksasa hehhe |
|
Saat turun....terlihat puncak Gunung Raung |
Sampai di Pal Tuding kembali, dan yang dikejar adalah toilet, sayaaaang tempat
ini tidak menyediakan toilet dalam jumlah banyak. Antrian mengular namun toilet
terbatas, semoga segera ditambah lagi toiletnya. Saya tidak ikut antri namun
langsung menuju warung memesan soto dan teh anget. Pingiiin banget makan
gorengan seperti bakwan, tempe atau tahu tapi ternyata tidak ada. Ternyata
gorengan tidak umum ditempat ini heheh. Saat makan sudah ada Trias dan mbak
Puji, dan saya senang sekali mereka berdua mencapai puncak, namun sayang kita
tidak bertemu. Soto yang berisi kol, bihun dan toge dibandrol di 12.000
lumayanlah menghangatkan perut dari perjalanan pagi. Sebelum jam 9 kami sudah masuk mobil lagi,
dan tetaaaap belum mandi dari kemarin ..upps.
Kami akan menuju ke Baluran namun
sebelumnya kami akan dijadikan dalam satu mobil ELF jadi makin siiipp. Sebelum
memasuki perjalanan kedua, kami berhenti berganti mobil dan dibekali sarapan
pagi oleh mas Aner yang saat itu berpakaian rapi mo ngantor J. Mas Gilang memutuskan sarapan di Pinggir
pantai watudodol, pantainya keren di pinggir jalan. Menu sarapan pagi menjelang
siang hari itu adalah ‘Pecel Pitik”, jangan bayangkan ini pecel ayam seperti
yang sering kita jumpai. Pecel pitik ini ayam yang dibumbui dengan kelapa parut
namun bukan serundeng. Beres makan, mas Rully sang driver membawa kita menuju
Baluran. Sebuah taman nasional yang terletak di utara banyuwangi, dan nama
baluran ini adalah nama gunung yang terletak didaerah tersebut yaitu gunung Baluran.
Kenyang dan Lelah membuat kami tertidur pulas, dan terbangun saat mulai
memasuki pintu utamanya. Horeee kami akan menjumpai Savana Indonesia. Mobil
bergerak perlahan, pohon-pohon besar dengan segala keunikannya berjejer
sepanjang tepi jalan. Jangan tanyakan luasnya yaa…..karena sangaaaat
luas..25.000 hektar dengan aneka tumbuhan dan satwa. Kami menuju Bekol tempat
pengamatan satwa, banyak monyet berkeliaran tapi monyet pintar, tidak ambil
makanan bahkan coba liat…..ada yang bisa tutup dan buka kran sendiri.
|
pinter yaaak |
Beristirahat sejenak disini, sholat dan saya saat masuk toilet sungguh senang,
airnya bersih dan banyaaaak. Waaaah….senangnya akhirnya bisa jebar jebur
sebentar :D,maklum sudah hari ke-2 belum jebar jebur hahahaha.
Kami lalu bergerak kembali menelusuri Taman
Nasional Baluran hingga akhirnya tiba di pantai BAMA, pantai mangrove yang
membuat mata tak berkedip,
|
Mangrove yang bikin kita terpesona |
belum lagi pantai disebelah kiri dari pintu masuk,
yang eksotis dengan batu-batu besarnya. Mungkin karena memasuki bulan Januari
maka sampah banyak sekali di bibir pantai. Di Pantai ini kami berjalan memasuki
hutan mangrove, dan ditutup dengan makan siang berupa soto ayam di resto milik
koprasi. Tidak ada yang berjualan selain koprasi ini. Selesai makan, kami
kembali lagi ke SAVANA BEKOL, indaaaah dengan pesona tersendiri, pohon-pohon
kering tanpa daun kokoh berdiri ditengah savanna, Gunung Baluran menambah
keindahannya, dan sudah pasti kita semua ambil posisi untuk berbagai gaya. Kamera
Hp, saku dan kameranya Bang Anton beredar dengan cepat. Kami seperti
model-model majalah Agrowisata hahahaha, dan tentu…mas Gilang, Deva, serta
Rully ikut juga menjadi model kami.
|
hutan mangrove, cantiiik beneeer |
|
salah satu sudut Pantai Bama |
|
Pantai Bama |
|
hahahha............inilah pelaku dari kemunir |
|
mangrove terbesar di Asia |
|
Kereen khan??? |
|
asssekkkk...:D |
|
pohon kesenderian |
|
jepretan bang Anton pasti kereeeen |
|
Haiii.........kami reuni di Baluran |
Puas mengabadikan semuanya kami keluar dari
Baluran, menuju kota Banyuwangi untuk bermalam di Tanjung Asri Hotel.
Perjalanan lumayan panjang 2 jam lebih, pemandangan berbeda, kami jumpai adalah
pabrik semen, lalu pelabuhan Ketapang serta perkantoran. Banyuwangi penduduknya
sebagian besar adalah petani. Kopi,karet, cengkeh,jeruk adalah hasil kebun
andalan. Saya tidak pernah tahu jika jeruk banyuwangi begitu terkenal. Oya..dalam
perjalanan ini kami buat ngileeer dengan cerita buah durian merah yang sukar
sekali dijumpai,katanya mesti pesan 2-3 bulan sebelumnya jika sedang musim.
Yaaaaaah..kami tidak berkesempatan mencicipi buah durian merah khas banyuwangi
padahal pesannya sudah setahun, dari desember akhir 2014 sd awal Januari
2015..:D. Mas DeVa janji…mau ajak kita makan durian sayaaang gak kesampean
hiks. Saat magrib kami melewati patung Gandrung, maskot kabupaten Banyuwangi.
Foto??teteuuuppp…kami berhenti sebentar untuk ambil gambar ini hahahah. Makasih mas Rully yang sudah mau putar balik
untuk patung ini hahaha.
|
Penari Gandrung, Maskot Banyuwangi |
Mobil berbelok ke arah kertosari...aseeeek…..............makan malam dengan sajian khas Banyuwangi, Nasi Tempong atau sego tempong. Rame buanget,
antri, Mas Gilang membawa kami ke tempat yang pas banget dengan lidah kami. Mbok
Nah, sang pemilik warung menyajikan sego tempong ini lengkap, dari lalaban,
tempe tahu, ikan asin, perkedel jagung, telur dadar yang gedheee banget, dan
lauk lainnya. Plus Sambel terasi yang bikin nampol alias tempong hahaha. Pokoke
malam itu kami dibuat kenyang oleh Kemunir.com, jika kita berkunjung ke
Banyuwangi wajib mampir ke Mbok Nah.
|
Mbok Nah...Mantaaappp |
|
Porsinya bikin nampol, sambelnya bener2 nempong |
|
antri..benar-benar antri...mantaappp |
Perut sudah terisi, Mas Rully sang driver
mengantarkan kami ke Tanjung Asri, sejuk dan bersih tempatnya. Satu kamar
berbagi dengan 2 teman, namun karena ganjil akhirnya saya, anna dan rini
memutuskan untuk satu kamar. Waaaah…rasanya pingin langsung melempar badan ke
kasur namun apadaya kita belum mandi dari kemaren dan kemaren ahahahaha. Sebelum
masuk kamar, mas gilang mengingatkan jam 8 esok pagi kita capcus ke Meru
betiri-Green Bay. Mandiiiii....segeeeer banget....lalu masuk ke selimut hahaha, tidur bareng Anna dan Rini, dan saat pagi bersemangat kembali untuk ngetrack ke GreenBay. Oyaa...tempat penginapannya nyaman banget, ditengah kota namun asri. Bisa menjadi pilihan jika ingin berlibur ke Banyuwangi. Tepat jam 7.30 pasukan 12 sudah packing lagi, Hari ini ternyata lebih gila lagi....dan lebih seruuuu....Ceritanya bersambung lagi ...ketemu di edisi GreenBay, pantai merah dan alas purwo yang memukau.
|
selesai sarapan di Tanjung Asri |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar