Kamis, 12 Mei 2016

Geosmin, Petrichor, dan Lagu Rindu

Beberapa waktu lalu, sebagian dari kita menjumpai sebuah fenomena alam yang sangat jarang terjadi, mesti menunggu ratusan purnama untuk bertemu dengannya lagi, miriplah dengan kisah Cinta dan Rangga yang terpisah ratusan purnama heheh. Fenomena gerhana matahari total.  Entah apa penyebabnya saya merasa cuaca menjadi tidak menentu setelah peristiwa pertemuan tersebut, apakah telah terjadi sesuatu di alam semesta ini?, berharap tidak ada.  Kondisi terik matahari terkadang hilang begitu saja dengan guyuran air hujan secara tiba- tiba dan cukup deras. Atau pun sebaliknya, usai hujan matahari langsung muncul dan bersinar dengan sangat lucunya. Saya tidak dapat menyimpulkan musim hujankah atau musim kemarau saat ini. Mungkin ini adalah musim pertemuan sebelum dua musim ini akan berpisah.

Ternyata baru saja saya membaca tentang geosmin, senyawa khas usai hujan. Teringatlah  tentang hujan, tapi bukan tentang kenangan di genangan yang ditinggalkannya ya. Saya merindu dengan bau hujan, bau khas yang penuh ketenangan. Biasanya saya nikmati dengan mengendarai motor pelan-pelan dan menghirupnya perlahan. Lokasi yang saya tuju adalah kawasan hijau yang masih penuh dengan pohon dan rumput. Lalu apakah saya termasuk pecinta hujan, semacam pluviophile begitu, sepertinya agak sedikit heheh, saya senang ketika hujan berhenti lalu kedamaian mendesak masuk kedalam dada. Tenang. Itu mungkin kata yang pas untuk melukiskannya. Kamu pernah merasakannya?

Saat rinai hujan berhenti, bau khas tanah yang disebabkan olehnya apalagi bercampur dengan wangi rumput yang baru saja dipotong, itu amat menyegarkan. Bau khasnya membuat damai.  Zat kurkumin serta aneka minyak atsiri dan unsur-unsur aromatik dilepaskan saat rumput ini dipotong, pertanyaan selanjutnya darimana bau khas tanah usai hujan. Mari kita bercerita kembali.

Geosmin adalah senyawa yang berperan di sini. Menurut kamus kimia organik, geosmin adalah sebuah turunan dari dekahidrophtalen yang memiliki bau kuat bersahaja. Nah, kamus saja mengatakannya bersahaja memang begitulah yang saya rasakan. Dan zat ini dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri yang hidup di tanah seperti cyanobacteria dan actinobacteria. Saat mikroba ini mati, geosmin dilepaskan kemudian saat selesai hujan maka geosmin terangkat ke udara dalam bentuk partikel aerosol, sangat kecil dalam bentuk mikro, tidak nampak namun terasa. 
Bakteri dengan bau khas ini menjadi penyebab beberapa ikan air tawar terkadang berbau seperti lumpur. Saya menjadi hilang selera ketika lele, atau ikan bandeng yang diolah ternyata berbau lumpur. Balik lagi ke hujan, selain geosmin adakah hal lain yang membuat suasana setelah hujan itu menyejukan jiwa?.  Tentu ada beberapa senyawa aromatik yang terlibat akibat reaksi ion dari air hujan yang bersifat asam saat menyentuh permukaan tanah. Istilah lain saat berbicara hujan adalah petrichor. Jika geosmin adalah senyawa kimianya, maka petrichor adalah bau yang timbul saat hujan membasahi tanah yang kering. Terbayangkan jika kita berada di lingkungan yang minim tanah maka kita bisa jadi tak merasakan petrichor dengan geosminnya yang membuat hati menjadi nyaman. 
Penasaran dengan istilah petrichor saya berselancar mencari tahu seluk beluk tentang petrichor. Ternyata jurnal ‘Nature of Argillaceous Odour” yang dipublikasikan tahun 1964 oleh Isabel Bear dan Thomas adalah jurnal yang mempopulerkan istilah petrichor. Bau khas hujan. Penelitian tentang bau hujan ini pun telah banyak dilakukan. Oya, petrichor ini akan terasa sekali saat rinai, tidak menderas.

Sstt di dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu. Begitu kata beberapa ahli.  Bagaimana alunan lagu itu? Entahlah…., belum ditemukan melodi lagu ini sepertinya, mungkin doremi…domisol..fasola…atau nada-nada lainnya. Penelitian ilmiahnya belum ada meski saya berusaha mencarinya hehehe. Tapi saya percaya. Coba saja menepi sejenak saat hujan, dan dengarkan lagunya. Apakah kamu pernah merasakannya juga?
Geosmin, Petrichor dan alunan lagu rindu. 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar