Pernah dong,
kita dibuat tertawa karena kegagalan kita berkomunikasi dengan pasien. Penyebabnya banyak bisa karena bahasa yang
digunakan baik verbal maupun non verbal, atau gara-gara bahasa tubuh kita,
gagal paham yang menyebabkan kita tertawa saat kejadian itu. Tertawa karena
menahan malu, atau tertawa karena memang lucu.
Pasien
yang menderita penyakit kronis umumnya sudah sepuh atau menjelang lansia. Rutin
berobat, dan yang pasti obatnya sering berulang alias itu-itu aja. Nah, pasien
ditempatku dulu bekerja banyak yang dari desa. Lalu sangat fanatic dengan dokter yang akan
dikunjunginya, termasuk dengan obat yang akan diminumnya. Ganti Brand bisa berabe gak mau diminum,
minum captopril yang buatan Indofarma
gak mau jika sebelum-sebelumnya sudah menggunakan generic kimia farma. Mesti
diberi pengertian pelan-pelan agar dipahami. Begitu pula dengan resep racikan.
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, resep racikan itu terdiri dari
macam-macam obat yang dimasukan ke cangkang kapsul.
Dari sinilah masalah
bermula. Jika bulan sebelum-sebelumnya mendapatkan warna kapsul hijau kuning,
eh bulan ini mendapat warna ungu, mereka keberatan. Lapor ke dokter, petugas
apotek mengganti obat. Mereka bilang obatnya gak ampuh dan sebagainya. Hadeeeuh…sambil
garuk-garuk kepala, saya coba jelaskan bahwa ini sama, hanya masalah cangkang
kapsul. Belum paham juga…semua kapsul yang ada diruang racikan saya tunjukkan,
bahwa seperti inilah awalnya. Jadi kalau
setiap bulan minta kapsul hijau kuning terus yaa kita gak bisa jamin. Ada yang mengerti dan mengangguk-angguk lalu
ikut memegang cangkang kapsul aneka warna yang aku tunjukkan. Namun ada juga
yang keukeuh bin keukeuh gak mau diganti. Repotnyaaa…………….tapi ini lah
tantangan berkomunikasi sampai akhirnya kita sama-sama salaman dan bilang, jadi
kapsulnya boleh ganti warna ya bu??.....boleh neng…maaf ibu gak tau. Hehe..lega
rasanya…
Cerita lain,
saat baksos ke desa-desa, maka kesulitan
untuk menjelaskan cara menggunakan obat tiga kali sehari. Mereka kadang gak bisa baca, ada lagi yang
mengartikan makan tiga setiap hari. Nah.saya sering menggunakan kebiasaan mereka untuk patokan minum obat.
Misalnya saya bertanya tentang kebiasaan dari pagi sampai dengan malam.
Akhirnya cara minum obat saya hubungkan dengan itu. Misal setelah sholat
subuh/dhuha, lalu siang setelah dhuhur maupun malam saat mau tidur atau setelah
sholat isya. Alhamdulliah ternyata mereka lebih paham.
Ada lagi
kisah ketika harus menerangkan obat
khusus, waktu itu jenis obat yang akan dimasukkan ke vagina. Repotnya
yang mengambil adalah suaminya. Ternyata minta dijelaskan agar dia bisa
menerangkan ke istrinya. Euleuh..euleuh…saya jadi agak sedikit bingung tapi akhirnya pasien mengerti dan puas
hahaha.
Waktu
pertama kali saya bekerja (baru lulus tahun 90an), ada pasien bule yang tidak
bisa bahasa Indonesia, waduuh gemetaran saya menjelaskannya. Gak tau mo ngomong
apa. Bingung bin takut. Tertolonglah dengan
teringat ada brosur dikotak obatnya hahaha. Jadi saya baca dan saya
hapalkan cara pakai, dan gunanya. Aaaihhh..katro banget kan. Dari situ saya bertekad belajar bahasa
inggris buat menjelaskan kepada pasien, walaupun sampai hari ini tetaaap
kosakata tdk banyak hahahaha
Ada lagi??...hahaha..selalu dengan kisah landong
wkwkwk…..
atau menjadi bersemangat ketika pasiennya mirip
afgan…..mahluk kece gitu walaupun Cuma miriiiip doing. eeh ternyata resepnya
berasal dari dr. kandungan. Langsung hilang semangatnya hahahaha, karena itu
resep milik istrinya **hahahah**
masih banyak nih cerita, tangan masih mau main
dilaptop tapi jam sudah bergerak hampir setengah dua, mesti pake uniform dan
berangkat kerja..sambung lagi ntar yaaa..:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar