Matahari
berada di puncak ketinggian, saat kapal bertitel Miles merapat di dermaga utara
Pulau Harapan, hampir pukul 12 siang. Atmosfer pulau mulai terasa. Berkemas untuk
segera turun termasuk relawan Pulau Kelapa. Meski kami ditempatkan di pulau yang berbeda
namun menginap di tempat yang sama, Kedua
pulau tersebut letaknya berdekatan disatukan oleh sebuah jembatan, jadi kami bermarkas
di satu pulau yaitu Harapan.
Berjalan
kurang lebih 15 menit dari dermaga, sampailah kami di rumah milik Bapak Rambo. Woooooow,
sejauh mata memandang nampak birunya laut dan hijaunya bakau. Lelah selama
perjalanan tidak membuat kami lama bersantai. Usai santap siang serta sholat
dhuhur, segera dilakukan brifing, konsolidasi serta persiapan untuk kegiatan
berbagi dengan masyarakat di hari Minggu, sore ini.
Seperti
rencana awal, maka kegiatan berinteraksi dengan masyarakat di sekitar sekolah
akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu Kelompok kelas kecil (1,2,3), kelas besar
(4,5,6) serta kelas masyarakat (para ibu/wali murid). Saya memilih untuk
bergabung bersama relawan lain dalam kelompok kelas kecil. Brifing masih
berlanjut, Kak Frans yang jago melodi, menyempurnakan lagu bertema kesehatan “7
Langkah Cara Cuci Tangan”. Horeeee… lagu berirama riang pun berhasil dibuat dalam
tempo sekejap dan tentu dengan bahasa yang mudah diingat anak-anak.
Kak
Ika serta teman lain merapikan gambar yang akan diwarnai. Kami mengambil tema
mengenalkan makanan sehat serta perilaku hidup sehat pada anak-anak. Sebelum jarum jam bergeser ke angka tiga, pasukan
relawan dua pulau sudah berjalan menyusuri gang-gang kecil menuju SDN 01 di
Pulau Kelapa. Bocah-bocah ramai berlarian, tangannya memegang buku gambar dan
pensil warna, sebagian lagi nampak masih malu ketika melihat rombongan kami. “Kak
Denny….!! teriak beberapa anak saat melihat sosok yang berdiri tak jauh dari
saya. Kebahagiaan tersendiri tentunya ketika ingatan anak-anak ini tak lekang
meski berbulan sudah terlewati. Kak Denny adalah salah satu penghuni pulau ini
saat kegiatan batch#3 beberapa bulan lalu.. Oh ya, kami adalah relawan dari
batch#4.
SDN
01 Kelapa menjadi muara untuk melakukan kegiatan masyarakat di kedua pulau ini.
Selain letaknya yang strategis juga adanya fasilitas lapangan dan taman terpadu
yang tak jauh dari lokasi. Murid-murid yang berasal dari SDN 01 Harapan, SDN 02
Kelapa bergabung bersama di SDN 01 Kelapa. Beberapa guru nampak mengantar dan
berbincang dengan kami.
Kak
Rona bersiap mengatur barisan anak-anak di lapangan dengan suara khas dan
gayanya yang riang. Disusul oleh Kak Clara, relawan bertubuh mungil dan penuh
senyum. Lagu perkenalan menjadi pembuka diantara kami. Berputar-putar, berjabat tangan dan bersorak
sorai. Kami mencoba masuk ke dalam barisan anak-anak ini. Wajah riang dan penuh semangat nampak jelas
terlihat, hilangkan rasa lelah dari para relawan yang belum sempat
beristirahat.
Kegiatan pertama dimulai, duduk bersila di
lapangan kemudian sibuk mewarnai. Meski jumlahnya tidak sesuai dengan target namun
tetap saja lapangan menjadi riuh oleh celoteh dari hampir 130 anak-anak Kelas
1, 2, dan 3 dari kedua sekolah. Informasi kegiatan mewarnai ini rupanya tidak
sampai ke SDN 01 Harapan. Heii…, ada sekelompok anak yang mengintip dari balik
pagar, ada juga yang hanya mengamati dari kejauhan. “Ayooo dek, ikut mewarnai”,
ajak saya. “Gak bawa crayon kak, jawab mereka. “Oh, gak papa, ada banyak crayon
kok”, ayoo sini…., tanganku yang terjulur akhirnya disambut oleh mereka. “Kak
Al, minta gambar untuk mewarnai, seru saya kepada salah seorang relawan. Mereka
akhirnya ikut bergabung dan asik dengan warna-warni. Beberapa relawan ikut
duduk diantara anak-anak ini, bahkan Mas Fahmi memangku salah seorang anak yang
sepertinya kesulitan untuk duduk bersila di lapangan. Rizky salah satu peserta
yang duduk dihadapan ku sibuk dengan satu warna saja. Sudah hampir setengah
lima, masih banyak yang belum menyelesaikan mewarnai gambar makanan sehat.
Kak
Ika memberikan kode bahwa kegiatan harus segera beralih ke agenda selanjutnya,
penyuluhan serta mendongeng. Ayooo dirapikan kertasnya, ini gambar
apa??....tanyaku sambil menunjuk gambar aneka sayuran. Semua berteriak
menjawab, begitu pula saat menunjuk gambar lain. Nah, ada satu gambar yang
tulisannya luput dari pengamatan kami. Gambar bertuliskan ‘Milk’, dan mereka
banyak bertanya milk itu apa kak? Hehehe. Selesai dengan gambar, berlanjut ke
perilaku hidup sehat, contoh yang diambil bagaimana cara memilih jajanan yang
sehat, kebersihan pedagang menjadi perhatian kami termasuk kuku yang panjang
dan tidak cuci tangan. Wah, Kak Frans sudah bersiap dengan gitarnya, maka kami
pun mulai berdendang sambil mempraktekan di hadapan anak-anak. Hanya dua kali mengulang, adik-adik kecil sudah
bisa ikut bernyanyi.
“Kak….mau
lagi, “Kak…..minta lagi, teriak mereka saat kami membagikan handsrub untuk
berlatih mencuci tangan. Akhirnya lagu 7 Langkah Cara Cuci Tangan mampu
menyihir anak-anak tidak terkecuali para relawan. Ikut bernyanyi sambil
mengerakkan tangan sesuai tahap-tahap cara mencuci tangan yang benar.
Ada 7 Langkah
Cara Cuci Tangan.
Mulai dari depan
hingga ke belakang
Sela-sela jari,
buku-buku jari
Ujung kuku jari,
jempol pergelangan
Tanganku bersih
..hai…hai..hai..
Tanganku
bersih..hai..hai..hai..
Tanganku bersih
hidupku jadi sehat
Irama
yang riang gembira ditambah petikan gitar Kak Frans menambah sore itu menjadi
penuh tawa. Tidak cukup dengan ini, Kak Ale sang pendongeng menambah tawa dan
ceria dengan dongeng edukasinya. Anak-anak tiba-tiba langsung duduk tenang
menyimak apa yang disampaikan Kak Ale. Semua mata tertuju kepada Kak Ale yang
sore itu menggunakan batik berwarna cerah.
Tawa renyah menghiasi timpalan anak-anak terhadap pertanyaan Kak Ale. Siapa
nama bapak yang di depan ini? Pale, lele, kaleng, Ale-ale. Hahah, anak-anak
bebas tertawa. “Mau susu??????? Tanya Kak Ale. Mauuuuuuuuuuuu., jawaban
serentak dari anak-anak. Beberapa relawan berpandangan, wah gawat…., kita tidak
ada agenda bagi-bagi susu. “Ayooo angkat tangannya!, seru Kak Ale, dan semua
mengikutinya.
Tepuk susu prok
prok prok
Ambil gelas,
ambil susu
Kasih air,
aduk-aduk
Glek..glek..glek
Kami tertawa lega, ternyata susu yang
dimaksud adalah Kak Ale adalah ini. Anak-anak pun tak ada yang protes meminta
jatah susu, semua sudah minum susu hahaha.
Terik
sudah menghilang, berganti dengan warna kemunir dari sebelah barat. Kegiatan
kelas besar sudah selesai, dan kami pun mengakhiri keceriaan sore ini. Mba Novi
dan Mami Ocie masih di ruang kelas berbagi dengan para ibu membuat tas dari aneka
perca. Anak-anak berpamitan, esok pagi jumpa kembali di sekolahnya
masing-masing. Sederhana semua yang kami lakukan, hanya mengajaknya bermain dan
mencoba mengedukasi tentang sesuatu yang baik karena kami percaya mereka adalah
gelas-gelas kosong yang perlu bahan untuk mengisinya. Tidak hanya batu,
kerikil, namun pasir serta air pun diperlukan untuk mengisinya.
Dunia
anak tak akan pernah terulang, dan bersyukur kami diberi kesempatan berbagi
kata, berbagi kisah di sebuah pulau yang penuh dengan harapan anak bangsa.
Berjalan beriringan kami tinggalkan halaman sekolah, menyusuri kembali jembatan
Harapan dengan perasaan yang tak kalah riang dengan anak-anak tadi, sambil
bernyanyi 7 Langkah yang tetiba menjadi viral, memandang hamparan bakau yang menghijau dengan tunas-tunas barunya. Seperti anak-anak tadi, mereka adalah tunas
muda yang bersemi dan akan gantikan kami. Estafet perjuangan akan tetap ada,
meski mereka ada di pulau. Terima kasih para tunas muda, sore ini kami banyak
belajar dari kisah yang kita buat.