Minggu, 18 Oktober 2015

"Saat Tunas Muda Bersemi"

Matahari berada di puncak ketinggian, saat kapal bertitel Miles merapat di dermaga utara Pulau Harapan, hampir pukul 12 siang. Atmosfer pulau mulai terasa. Berkemas untuk segera turun termasuk relawan Pulau Kelapa.  Meski kami ditempatkan di pulau yang berbeda namun menginap di tempat yang sama,  Kedua pulau tersebut letaknya berdekatan disatukan oleh sebuah jembatan, jadi kami bermarkas di satu pulau yaitu Harapan.
Berjalan kurang lebih 15 menit dari dermaga, sampailah kami di rumah milik Bapak Rambo. Woooooow, sejauh mata memandang nampak birunya laut dan hijaunya bakau. Lelah selama perjalanan tidak membuat kami lama bersantai. Usai santap siang serta sholat dhuhur, segera  dilakukan brifing,  konsolidasi serta persiapan untuk kegiatan berbagi dengan masyarakat di hari Minggu, sore ini.
Seperti rencana awal, maka kegiatan berinteraksi dengan masyarakat di sekitar sekolah akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu Kelompok kelas kecil (1,2,3), kelas besar (4,5,6) serta kelas masyarakat (para ibu/wali murid). Saya memilih untuk bergabung bersama relawan lain dalam kelompok kelas kecil. Brifing masih berlanjut, Kak Frans yang jago melodi, menyempurnakan lagu bertema kesehatan “7 Langkah Cara Cuci Tangan”. Horeeee… lagu berirama riang pun berhasil dibuat dalam tempo sekejap dan tentu dengan bahasa yang mudah diingat anak-anak.
Kak Ika serta teman lain merapikan gambar yang akan diwarnai. Kami mengambil tema mengenalkan makanan sehat serta perilaku hidup sehat pada anak-anak.  Sebelum jarum jam bergeser ke angka tiga, pasukan relawan dua pulau sudah berjalan menyusuri gang-gang kecil menuju SDN 01 di Pulau Kelapa. Bocah-bocah ramai berlarian, tangannya memegang buku gambar dan pensil warna, sebagian lagi nampak masih malu ketika melihat rombongan kami. “Kak Denny….!! teriak beberapa anak saat melihat sosok yang berdiri tak jauh dari saya. Kebahagiaan tersendiri tentunya ketika ingatan anak-anak ini tak lekang meski berbulan sudah terlewati. Kak Denny adalah salah satu penghuni pulau ini saat kegiatan batch#3 beberapa bulan lalu.. Oh ya, kami adalah relawan dari batch#4.
SDN 01 Kelapa menjadi muara untuk melakukan kegiatan masyarakat di kedua pulau ini. Selain letaknya yang strategis juga adanya fasilitas lapangan dan taman terpadu yang tak jauh dari lokasi. Murid-murid yang berasal dari SDN 01 Harapan, SDN 02 Kelapa bergabung bersama di SDN 01 Kelapa. Beberapa guru nampak mengantar dan berbincang dengan kami.
Kak Rona bersiap mengatur barisan anak-anak di lapangan dengan suara khas dan gayanya yang riang. Disusul oleh Kak Clara, relawan bertubuh mungil dan penuh senyum. Lagu perkenalan menjadi pembuka diantara kami.  Berputar-putar, berjabat tangan dan bersorak sorai. Kami mencoba masuk ke dalam barisan anak-anak ini.  Wajah riang dan penuh semangat nampak jelas terlihat, hilangkan rasa lelah dari para relawan yang belum sempat beristirahat.

Kegiatan pertama dimulai, duduk bersila di lapangan kemudian sibuk mewarnai. Meski  jumlahnya tidak sesuai dengan target namun tetap saja lapangan menjadi riuh oleh celoteh dari hampir 130 anak-anak Kelas 1, 2, dan 3 dari kedua sekolah. Informasi kegiatan mewarnai ini rupanya tidak sampai ke SDN 01 Harapan. Heii…, ada sekelompok anak yang mengintip dari balik pagar, ada juga yang hanya mengamati dari kejauhan. “Ayooo dek, ikut mewarnai”, ajak saya. “Gak bawa crayon kak, jawab mereka. “Oh, gak papa, ada banyak crayon kok”, ayoo sini…., tanganku yang terjulur akhirnya disambut oleh mereka. “Kak Al, minta gambar untuk mewarnai, seru saya kepada salah seorang relawan. Mereka akhirnya ikut bergabung dan asik dengan warna-warni. Beberapa relawan ikut duduk diantara anak-anak ini, bahkan Mas Fahmi memangku salah seorang anak yang sepertinya kesulitan untuk duduk bersila di lapangan. Rizky salah satu peserta yang duduk dihadapan ku sibuk dengan satu warna saja. Sudah hampir setengah lima, masih banyak yang belum menyelesaikan mewarnai gambar makanan sehat.

Kak Ika memberikan kode bahwa kegiatan harus segera beralih ke agenda selanjutnya, penyuluhan serta mendongeng. Ayooo dirapikan kertasnya, ini gambar apa??....tanyaku sambil menunjuk gambar aneka sayuran. Semua berteriak menjawab, begitu pula saat menunjuk gambar lain. Nah, ada satu gambar yang tulisannya luput dari pengamatan kami. Gambar bertuliskan ‘Milk’, dan mereka banyak bertanya milk itu apa kak? Hehehe. Selesai dengan gambar, berlanjut ke perilaku hidup sehat, contoh yang diambil bagaimana cara memilih jajanan yang sehat, kebersihan pedagang menjadi perhatian kami termasuk kuku yang panjang dan tidak cuci tangan. Wah, Kak Frans sudah bersiap dengan gitarnya, maka kami pun mulai berdendang sambil mempraktekan di hadapan anak-anak. Hanya  dua kali mengulang, adik-adik kecil sudah bisa ikut bernyanyi.
“Kak….mau lagi, “Kak…..minta lagi, teriak mereka saat kami membagikan handsrub untuk berlatih mencuci tangan. Akhirnya lagu 7 Langkah Cara Cuci Tangan mampu menyihir anak-anak tidak terkecuali para relawan. Ikut bernyanyi sambil mengerakkan tangan sesuai tahap-tahap cara mencuci tangan yang benar.
Ada 7 Langkah Cara Cuci Tangan.
Mulai dari depan hingga ke belakang
Sela-sela jari, buku-buku jari
Ujung kuku jari, jempol pergelangan
Tanganku bersih ..hai…hai..hai..
Tanganku bersih..hai..hai..hai..
Tanganku bersih hidupku jadi sehat

Irama yang riang gembira ditambah petikan gitar Kak Frans menambah sore itu menjadi penuh tawa. Tidak cukup dengan ini, Kak Ale sang pendongeng menambah tawa dan ceria dengan dongeng edukasinya. Anak-anak tiba-tiba langsung duduk tenang menyimak apa yang disampaikan Kak Ale. Semua mata tertuju kepada Kak Ale yang sore itu menggunakan batik berwarna cerah.  Tawa renyah menghiasi timpalan anak-anak terhadap pertanyaan Kak Ale. Siapa nama bapak yang di depan ini? Pale, lele, kaleng, Ale-ale. Hahah, anak-anak bebas tertawa. “Mau susu??????? Tanya Kak Ale. Mauuuuuuuuuuuu., jawaban serentak dari anak-anak. Beberapa relawan berpandangan, wah gawat…., kita tidak ada agenda bagi-bagi susu. “Ayooo angkat tangannya!, seru Kak Ale, dan semua mengikutinya.
Tepuk susu prok prok prok
Ambil gelas, ambil susu
Kasih air, aduk-aduk
Glek..glek..glek

Kami tertawa lega, ternyata susu yang dimaksud adalah Kak Ale adalah ini. Anak-anak pun tak ada yang protes meminta jatah susu, semua sudah minum susu hahaha.
Terik sudah menghilang, berganti dengan warna kemunir dari sebelah barat. Kegiatan kelas besar sudah selesai, dan kami pun mengakhiri keceriaan sore ini. Mba Novi dan Mami Ocie masih di ruang kelas berbagi dengan para ibu membuat tas dari aneka perca. Anak-anak berpamitan, esok pagi jumpa kembali di sekolahnya masing-masing. Sederhana semua yang kami lakukan, hanya mengajaknya bermain dan mencoba mengedukasi tentang sesuatu yang baik karena kami percaya mereka adalah gelas-gelas kosong yang perlu bahan untuk mengisinya. Tidak hanya batu, kerikil, namun pasir serta air pun diperlukan untuk mengisinya.
Dunia anak tak akan pernah terulang, dan bersyukur kami diberi kesempatan berbagi kata, berbagi kisah di sebuah pulau yang penuh dengan harapan anak bangsa. Berjalan beriringan kami tinggalkan halaman sekolah, menyusuri kembali jembatan Harapan dengan perasaan yang tak kalah riang dengan anak-anak tadi, sambil bernyanyi 7 Langkah yang tetiba menjadi viral, memandang hamparan bakau yang menghijau dengan tunas-tunas barunya.  Seperti anak-anak tadi, mereka adalah tunas muda yang bersemi dan akan gantikan kami. Estafet perjuangan akan tetap ada, meski mereka ada di pulau. Terima kasih para tunas muda, sore ini kami banyak belajar dari kisah yang kita buat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar