Sabtu, 17 Oktober 2015

Persahabatan Dua Mahluk

Mentari pagi sudah menyapa dengan sempurna. Hari ini cerah, apa kabar hari-mu? Cerah dan indah, bukan?. Semalam saat mengalami gangguan tidur akibat segelas minuman berkafein, saya membaca beberapa lembar untuk dijadikan pengantar tidur. Termasuk satu lembar sebuah kisah tentang persahabatan dua mahluk, elang dan ayam betina. Mencoba merenungkan makna dari kisah yang ditulis dalam buku merah terbitan Rumah Perubahan pemberian seorang teman. Sederhana kisahnya, namun berhasil membuat saya berpikir mendalam, dan akhirnya tertidur tanpa sempat menutup halamannya.

Elang dan ayam, kisah ini dimulai. Meski elang bisa menerkam ayam, namun mereka bersahabat, saling berbagi makanan, menikmati perjalanan berdua.  Elang terkadang terbang tinggi dan ayam lari kencang mengimbangi terbangnya sang elang, tentu saja dengan terbang rendah dan sedikit-sedikit, karena sayapnya tak sekuat elang. 
Pada suatu kesempatan, elang dan ayam berhasil terbang, namun segera ayam minta turun karena mual serta dipenuhi rasa takut. Dua sahabat ini mendarat di sebuah kandang sapi lalu bertemu dengan hewan yang putih, bersih, gemuk, karena setiap hari makan enak. Paman Sapi mereka memanggilnya. Campuran jagung yang lezat dibagikan kepada mereka. " Ayoo makan, seru Paman Sapi.
"Elang, aku ingin tinggal di sini, lelah aku mencari makan sendiri", pinta ayam kepada sahabatnya. Setelah beberapa hari mereka tinggal di kandang tersebut.  Elang terkejut, namun karena ayam ingin melakukan itu dan tidak ingin melanjutkan perjalanan lagi maka persahabatan berakhir sudah. 

Elang melanjutkan perjalanannya, terbang tinggi, bebas, tidak berhenti meski ada badai, terkadang menukik, namun sekali waktu hanya diam memandang alam sekitarnya.  Ayam betina tinggal di kandang sapi, makan sepuas hati tanpa perlu kerja keras. Badannya menjadi bertambah gemuk dan tak lincah lagi. Tanpa perlu melakukan apa-apa semua sudah disediakan oleh pemilik kandang tersebut.  Minggu pagi, pemilik sapi ingin menyantap ayam goreng. Perbincangan tentang ayam goreng ini didengar oleh ayam betina. Waaah, aku harus kabur, batin ayam. Apa daya karena sudah lama tak berlatih terbang, serta berjalan jauh maka ayam betina ini tak mampu melakukan apa-apa, hanya berputar-putar di kandang. Petani yang tak lain sang pemberi makan menyantapnya bersama sayur bening pagi ini. Ayam goreng nan lezat. Berakhirlah hidup ayam betina di meja makan.

Tentu kisah ini ada pesan (moral story). Manusia punya pilihan, akan menjadi elang dengan menjadi seseorang yang produktif, terbiasa mengamati, belajar dan bertindak, pemberani, penjelajah, walaupun dia sendirian namun sulit untuk dikandangkan atau sekedar menjadi ayam, nyaman tanpa melakukan apa-apa, tanpa lecutan, tanpa pernah merasakan badai, tanpa mengerti kondisi di luar sana. Cukup di kandang saja, menerima dengan suka cita semua yang sudah disediakan, tanpa menyadari ada sebuah sistem yang sedang bekerja untuk melemahkannya.

Eeh......ayo, sarapannya dilanjutkan, keburu dingin deh sayur beningnya. Sssst tentu menunya bukan elang goreng kan? heheh. 

#sarapankata KMO
#1000 penulis muda


1 komentar: