“Jadi kita manjat kemana nih? tanya teman
yang sepertinya kangen dengan suasana pendakian. “Hmmm, entah….,cari yang dekat
dan gak terlalu tinggi lah", jawab saya santai. Kondisi badan sepertinya sedang
tidak oke jika harus bepergian jauh dalam waktu dekat. Lalu obrolan berlanjut dengan kisah
teman-teman pendaki yang terjebak dalam kebakaran di Gunung Lawu,
memprihatinkan dan menyedihkan. Seandainya penyebab ini semua adalah api
unggun yang belum padam sempurna seperti yang diberitakan bertambah kecewanya kami. Yaaa, ini masalah prosedur pendakian dan jangan
dianggap remeh. Terlebih lagi melakukan pendakian tanpa melapor kepada petugas yang berwenang. Aah, kita sering kali tidak mematuhi aturan yang ada.
Obrolan di WA berlanjut, tentang
kekuatan seorang pendaki yang bisa menaklukan puncak-puncak tinggi melawan lelah,
kantuk, ataupun ketakutan lainnya. Hebat dan keren itu yang ada di mata saya
jika melihat foto para pendaki belum lagi dengan latar yang sangat indah. Saya tidak mampu lagi berkelana seperti itu,
banyak hal yang mulai membatasi gerak ini. Cukup bukit-bukit saja heheh.
Eeeh, tetiba teman saya bilang, "gw
lewat jalan terjal sanggup yaa, tapi lewat jalan menuju masjid beratnya minta
ampun". Wooow, sontak saya terkejut sepertinya selain kangen gunung dia juga kangen masjid. Obrolan
berpindah dari pendaki gunung menjadi pejuang masjid termasuk pejuang subuh.
Terkadang saking sibuknya dengan pekerjaan, sholat Jum’at pun dilakukan saat
ujung waktu, alias terburu-buru. Kekaguman terhadap pemuda yang saat adzan subuh sudah keluar rumah bergegas menuju masjid di komplek perumahannya. Shaf yang dulu hanya berisi dua-tiga orang mulai bertambah. Penghuninya tidak lagi orang tua yang sedang menikmati masa pensiun namun mulai remaja dan anak muda.
Akhirnya dia memutuskan untuk memulai perjalanan ke masjid. Mencoba melawan kantuk, lelah serta rasa malas untuk berada di sana. Mencoba mengalirkan semangat yang dirasakan seperti dia hendak manjat. Sepertinya yang dialami oleh teman saya ini bukan hal yang aneh. Memang nyatanya seperti itu, bersiap untuk pergi ke masjid tidak sesemangat seperti hendak memanjat. Selalu ada alasan. Terkadang juga kita sibuk mengatakan indahnya puncak, betapa kerennya dan decak kagum lainnya namun lupa dengan yang menciptakan ini semua.
Malam makin larut, obrolan harus dihentikan. Satu kesimpulan diakhir chat, kami membuat tantangan dan target, pendaki harus ke masjid. Gak ada telat lagi jika waktu sholat Jum’at tiba, dan bersiap untuk subuh ada di masjid. Siaaap??.....semoga dia mampu melakukannya. Inginnya saja sudah satu kebaikan, apalagi jika terlaksana sesuai target.
Selamat menjalankan tantangan ya bro!, saya pun bersiap dengan tantangan darimu. Bantuin sebar undangannya yaaa?...:D
Akhirnya dia memutuskan untuk memulai perjalanan ke masjid. Mencoba melawan kantuk, lelah serta rasa malas untuk berada di sana. Mencoba mengalirkan semangat yang dirasakan seperti dia hendak manjat. Sepertinya yang dialami oleh teman saya ini bukan hal yang aneh. Memang nyatanya seperti itu, bersiap untuk pergi ke masjid tidak sesemangat seperti hendak memanjat. Selalu ada alasan. Terkadang juga kita sibuk mengatakan indahnya puncak, betapa kerennya dan decak kagum lainnya namun lupa dengan yang menciptakan ini semua.
Malam makin larut, obrolan harus dihentikan. Satu kesimpulan diakhir chat, kami membuat tantangan dan target, pendaki harus ke masjid. Gak ada telat lagi jika waktu sholat Jum’at tiba, dan bersiap untuk subuh ada di masjid. Siaaap??.....semoga dia mampu melakukannya. Inginnya saja sudah satu kebaikan, apalagi jika terlaksana sesuai target.
Selamat menjalankan tantangan ya bro!, saya pun bersiap dengan tantangan darimu. Bantuin sebar undangannya yaaa?...:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar