Dua minggu yang lalu, Bunda Kinan sahabat yang
tinggal di Pekan Baru berkirim kabar
bahwa kondisi di sana semakin tidak nyaman. Penyebabnya adalah asap yang membuat
dada semakin sesak. Putri kecilnya hanya bermain di dalam rumah. Indeks Pencemaran Udara ( IPU ) menurutnya
sudah berada pada kadar yang amat berbahaya, tidak layak lagi untuk di hirup.
Bunda Kinan memahami persoalan polutan udara, beliau memiliki bidang
konsentrasi di bidang lingkungan. Masker menjadi pakaian sehari-hari, namun
rasanya sudah tidak mampu lagi menyaring partikel pengganggu udara ini. Kasihan
Kinan, seharusnya bocah kecil bermain di halaman, berjalan sore bersama bunda
tapi semua tidak bisa dilakukan, asap mengepung Pekan Baru.
Kinan yang balita, tidak bisa bermain. Adik-adik yang lain, sekolahnya diliburkan penyebabnya karena asap semakin mengepung sekolah, Tak ada lagi udara bersih dan kenyamanan dalam belajar. Saya semakin tidak mengerti kondisi ini dibiarkan berlarut, sudah hitungan bulan namun tak ada gerak nyata untuk membantu mereka dari pemerintah pusat.
Berjuta jiwa terkena
dampak asap disana. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) menduduki peringkat
pertama, lalu penyakit Pnemonia, Asma, dan Mata. Ahhh, tidak tega rasanya
membayangkan efek dahsyat dari asap ini terhadap anak-anak, lingkungan serta
masyarakat. Air bersih menjadi barang langka, konsumsi buah dan sayur harus
lebih berhati-hati, dicuci dengan bersih namun apa daya air bersihnya pun sudah
sulit diperoleh. Tak ada lagi tempat bermain, sekolah diliburkan. Parahnya ini
terjadi bukan dalam hitungan hari atau minggu, kondisi parah ini sudah
berbilang bulan.
Tersentak saat kemarin, sebuah koran nasional
membuat halaman pertamanya dengan kondisi berasap. Ini bencana nasional, bukan
main-main. Melayanglah pikiran ini betapa Engkau telah menggratiskan udara bersih, oksigen untuk kami semua. Di tempat lain udara bersih begitu susahnya. Kesimbangan alam di rusak oleh sebagian dari kami. Asap menjadi hadiahnya. Nikmat-Mu tiada tara. Maafkan Tuhan ku.
Pagi di sini,
berbeda dengan di sana.
Tak ada yang
berjalan pagi untuk bergerak
Oksigen dimanakah
engkau berada
Mata kami pedih,
dada kami sesak dan tak sanggup lagi berteriak.
Sekolah
diliburkan, puskesmas berdesakan penuh
Kami tidak
berteriak kepada presiden untuk memadamkan api.
Kami tahu, bapak
presiden yang terhormat tidak mungkin membawa air berkeliling memadamkan api, tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii seret para pelaku!! Selamatkan kami!!
Kami rindu dengan udara bersih. Kami rindu bermain lagi.
#sarapankata KMO06
#KMOpeduli
#1000penulis muda
#Noasap
Ini bukan main main pak presiden.. ketika anak kecil tak lagi bisa bermain :(
BalasHapus