Kamis, 31 Desember 2015

Jendela Baru Untuk Hidup Baru

Kisah satu  bab dari sebuah buku yang bernama Novel Kehidupan telah usai. Cerita 365 hari dalam satu bab yang bernama “Warnaku di 2015”. Kisahnya tentu ada  warna terang namun ada juga suram tergantung saya melihatnya. Terang  bagi saya belum tentu bagi orang lain. Kadang kala ditengah perjalanan 365 hari itu ingin berhenti lalu pindah menjadi bab baru yang tak ada hubungannya sama sekali dengan bab sebelumnya karena saya tidak suka dengan ceritanya, tidak suka dengan lakonnya, namun tak bisa. Cerita di novel ini berbeda dengan novel lainnya yang biasa saya baca. Tidak bisa dihentikan begitu saja, atau tiba-tiba diganti kisahnya karena mengikuti trend yang ada, mengikuti segmen pasar maupun mengikuti kisah FTV yang populer. Novel Kehidupan akan ditutup dengan sempurna jika kita selesai dengan tugas dari-Nya. Selesai menurut versi penulis skenario bukan menurut kita. 

Halaman untuk 12 purnama menjadikan bab ini tebal, setiap purnama menyimpan keistimewaan.
Bertemunya saya dengan sahabat-sahabat semasa sekolah farmasi di Jakarta setelah lebih dari 20 tahun tidak bertemu membawa cerita tersendiri, terlebih jika mengingat cara menemukannya satu persatu. Sebuah kisah persahabatan. Di penghujung tahun ditemukan kembali satu sahabat dari Kalimantan, Tenggarong tepatnya. Menghubungi organisasi profesi se-Kalimantan untuk mencari tahu dimanakah sahabat kami berada. Atas rasa kangen yang melanda, rasa cinta yang bertabur di setiap hati, kekuatan ingin menyambung silaturahmi akhirnya semua berhasil menjadi tim pencari. Mengagumkan. Berkumpul kembali menjadi satu keluarga. Tak hanya itu ternyata kerinduan pun ada di hati sahabat-sahabat SMP yang 24 tahun tak bersua. Seru sekali saat pertama kali berjumpa, tak jarang saya hanya diam mengingat-ingat namanya, benar-benar sudah berubah. Maklum sudah dilabeli sebagai ayah atau pun ibu oleh anak-anaknya. Luar biasa ketika bisa berkontak dengan sahabat sebangku di kota Padang. Ada beberapa teman yang sudah pergi meninggalkan kita, selesai kisah hidupnya tanpa pernah bertemu kita kembali.  Sedih….,smoga kalian disana sudah ada dalam surga yang indah. 

Berjumpa dengan teman lama ternyata berlanjut ketika saya dan teman-teman yang selalu merasa kurang piknik menyempatkan diri untuk lakukan piknik yang bukan sekedar piknik. Belajar lagi arti sebuah refresh diri dan saat lakukan perjalanan singkat itu saya belajar banyak bagaimana mencintai alam dengan lebih indah. Melihat ketika anak sejak usia dini dikenalkan arti alam dan itu membekas serta menyenangkan sekali. Diantara 365 hari yang ada, alhamdlh saya masih diberi kesempatan berbagi cerita di beberapa kota, serta sebuah pulau di Kepulauan Seribu. Bertemu, berkumpul dengan orang-orang yang sarat energi positif, tak pernah berhenti untuk berbuat baik kepada bangsa ini lewat pendidikan Indonesia. Ini adalah salah satu dari rasa ingin di tahun 2015 yaitu berkesempatan untuk memiliki sebuah komunitas baru. Menemukan teman baru yang begitu mengagumkan. Teman yang untuk mengisi harinya menyibukkan diri di sebuah komunitas yang begitu peduli dengan teman-teman yang memiliki masalah dengan pendengarannya. Takjub saya dibuatnya ketika dia berkisah kesibukannya bersama mereka.  Banyak cara untuk berbuat baik, tanpa harus menunggu segala sesuatunya kita miliki. Berbagi cerita, berbagi semangat, berbagi insprirasi, berbagi ilmu yang ada didalam diri kita.  Itu yang saya simpulkan saat berkenalan dengan seorang teman baru dari kota Ngalam. Indah bukan ketika hidup kita tak luput dari kisah berbagi.

Apakah purnama saya berkisah warna lain. Tentu, saat memutuskan untuk mengubah arah langkah , mengambil jalan sepi ikuti kata hati. Melepaskan semua yang dimiliki bertahun-tahun. Merupakan sebuah kisah tentang pekerjaan saya. Sempat tertegun sesaat namun coba mantapkan hati untuk raih sebuah cita. Alhmdlh akhirnya dengan bantuan sahabat-sahabat kaki ini menjadi lebih ringan untuk melangkah walau jalan yang dipilih adalah jalan sepi yang tak lazim. Apotek mungil berwarna ungu berdiri tepat 2 bulan ketika saya memilih jalan menyepi. Bersinergi dengan salah satu sahabat sejak jaman berlari-lari menggunakan baju praktikum. Penguat-penguat banyak hadir, dari keluarga tentu yang utama. Sungguh sebuah catatan panjang tentang kisah yang berujung di Purnama ke-10. Persahabatan memang membuat hidup menjadi lebih hidup. Anugrah jika kita memiliki orang-orang seperti ini. Persahabatan memang tidak instan, dan banyak cara. Persahabatan yang dimulai dengan kejujuran akan menjadi persahabatan yang abadi. Saling memberikan energi positif.

Melihat ibu sehat dalam setahun ini juga merupakan sebuah harapan yang terwujud. Kakak dan adik yang jauh disana. Tujuh keponakan yang tumbuh besar dan mulai sibuk dengan cita-citanya. Senang menyaksikan mereka menjadi anak-anak yang baik dan sholeh. Jarak berpuluh bahkan ratusan kilometer membuat panggilan bude dan bulek selalu dirindu. 

Tak ada kisah yang menguap begitu saja, selalu ada sari yang terendap. Baik kisah suka maupun duka pun rasa kecewa dan kehilangan. Tak mungkin saya melupakannya, namun juga tak perlu saya mengingatnya. Didekap erat dan dimasukkan dalam ruang di hati seluruh kisah kecewa, kehilangan ataupun ditinggalkan. Ketika saya harus mengeluarkannya kembali saya bisa menceritakan detail tanpa harus ada bulir yang menetes dan menggenang. Hadiah-hadiah indah sepanjang tahun ini apapun bentuknya disyukuri saja. Menjadikan diri semakin kuat, dan makin mengerti tentang setiap episode kehidupan. Berterimakasih utk semua rasa kecewa, kehilangan, dan kesedihan yang sudah diberikan. Bingkai yang dibuat indah kadang hancur oleh sesuatu yang bahkan hingga kini tak mengerti penyebabnya. Tapi lagi ..lagi saya tak akan pernah memaksakan cerita. Biarkan skenario –Nya yang berjalan, tak perlu bertanya berulang untuk sesuatu yang rahasia. Dia sudah menjanjikan untuk semua yang bersifat rahasia, Dia sudah mengatur setiap detail kehidupan ini, tinggal lah saya yang mendekati_Mu, mendekati Sang Pengatur. Belajar untuk selalu memahami atas semua cerita yang ada. Jika pun saat ini saya belum bisa, mungkin saya akan memahami maknanya esok hari atau lusa nanti. Mari menulis cerita lagi di hari ke depan. Cerita di Novel Kehidupan. Terimakasih untuk semua warna yang sudah diberikan baik atas warna keindahan, kekecewaan maupun kehilangan. 

Mengawalinya dengan membuka jendela baru, hingga ku rasakan atmosfer yang lebih segar, menepi dari hiruk pikuk segala perasaan, memangkas semua rimbunnya rasa dan tentu bersiap untuk menjadi manusia yang lebih banyak berbagi. Kulihat indahnya dunia dari jendela yang baru.