Selasa, 31 Desember 2019

EFEK SAMPING OBAT



Telepon genggam saya tiba-tiba berdering. Panggilan dari rumah yang mengabarkan bahwa adik saya daun telinganya menebal, sekujur badannya terasa gatal seperti biduran, dan keluar darah dari hidungnya. Sontak, saya langsung bertanya, “habis minum obat apa?”. Ternyata belum lama minum obat pengurang rasa nyeri yaitu antalgin. Efek samping yang berupa alergi rupanya memberikan reaksi pada tubuhnya dan cukup membuat panik.

Di lain waktu, seorang pelanggan apotek mencari obat batuk yang tidak menimbukan efek samping mengantuk. Rupanya dia akan bekerja shift malam. Efek samping dari obat yang diminumnya selama ini mengganggu aktivitasnya. Sehingga memutuskan untuk mengganti obat agar tetap dapat bekerja tanpa rasa kantuk.

Gejala-gejala ini merupakan efek samping dari obat. Jika kita membaca leaflet atau kemasan obat, tertulis beberapa istilah farmasi. Diantaranya istilah efek samping obat  Bagi sebagian masyarakat awam, informasi yang tertera ini terkadang dilewatkan begitu saja. Mungkin istilah ini membingungkan dan tidak dimengerti, meski sebenarnya mengandung arti yang penting. Jika kita mengetahui makna yang tercantum di sana, maka kita akan menjadi lebih berhati-hati saat mengkonsumsi obat tersebut.

Arti Efek Samping Obat
Efek samping obat (ESO) adalah efek yang timbul namun tidak diinginkan pada saat pemberian obat tersebut, meski pada pemberian dosis yang wajar, sesuai terapi atau pengobatan. Reaksi yang terjadi dapat bersifat ringan seperti nyeri lambung, mual, mulut kering, namun dapat juga membahayakan bahkan dapat menimbulkan kematian jika tidak ditangani dengan baik seperti sesak napas dan alergi.

 Gejalanya yang Muncul
  1. Efek samping yang dapat diperkirakan akan terjadi. Kondisi ini seperti efek samping mengantuk dari obat anti histamine atau anti alergi.  Jenis obat rifampisin, obat yang digunakan pada penderita TBC dapat menimbulkan rasa mual juga rasa perih di lambung saat mengkonsumsi obat pengurang rasa nyeri jenis tertentu. Bahkan seorang ibu hamil dapat mengalami sembelit saat mengkonsumsi multi vitamin dan mineral.
  2. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan. Kondisi seperti yang dialami pada kasus pertama di atas merupakan contoh dari efek samping ini. Bagaimana seseorang mengalami reaksi alergi berlebihan saat mengkonsumsi antalgin. Begitu pula pemberian obat kelompok penisilin  (kelompok antibiotik). Pada orang tertentu  ada yang mengalami syok anafilaksis yaitu syok yang mengakibatkan hilang kesadaran. Kasus kasus  seperti di atas hanya terjadi pada sebagian orang saja.  Pada kondisi tertentu seperti saat akan melakukan perawatan di sebuah rumah sakit, akan dilakukan test alergi terlebih dahulu sebelum pemberian antibiotik. Hal ini berguna untuk mengetahui dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Pengaruh Efek Samping Obat Pada Setiap Orang.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya risiko efek samping obat (ESO).
  1. Usia. Penggunaan obat-obatan pada kelompok bayi dan lansia harus sangat diperhatikan.
  2. Genetik. Biasanya pada kasus alergi terdapat anggota keluarga lain yang mengalami kondisi serupa. Dalam hal ini kesamaan faktor genetik memengaruhi ESO
  3. Lamanya pengobatan serta penyakit yang diderita pun memengaruhi terjadinya ESO. Oleh sebab itu untuk obat-obatan yang digunakan untuk jangka waktu cukup lama, dokter akan menyertakan pemeriksaan dari laboratorium secara  berkala. Pasien dengan penyakit tertentu seperti gangguan ginjal, diabetes pun demikian.
  4. Interaksi obat. Usahakan untuk tidak mengonsumsi obat dalam jumlah banyak secara bersamaan. Tanyakan pada apoteker, kemungkinan terjadinya interaksi dari obat-obatan yang dikonsumsi.

Apa Yang Harus Dilakukan
ESO akan menghilang jika konsumsi obat tersebut berhenti. Untuk efek samping yang ringan, tentu tak terlalu menjadi masalah. Namun, saat terjadi efek samping yang berat dan mengganggu kesehatan, segera hentikan konsumsi obatnya, dan datangi fasilitas kesehatan terdekat.
Jangan mengambil keputusan sendiri terkait obat yang dikonsumsi. Seperti minum obat batuk ketika mengkonsumsi obat hipertensi yang ternyata efek sampingnya adalah batuk. Konsultasikan untuk diganti dengan antihipertensi jenis yang lain.
Nah, ternyata dengan mengetahui efek samping obat yang dikonsumsi, dapat mengurangi risiko yang mungkin timbul. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko yang timbul. Contohnya Tidak mengemudikan kendaraan setelah minum obat antihistamin, tidak konsumsi obat anti nyeri pada saat perut kosong, memberitahukan kepada dokter/apoteker  jika Anda berobat dan alergi terhadap obat tertentu.
Untuk pencegahan terjadinya kejadian yang berulang, selalu catat dan simpan catatan daftar alergi obat di dompet Anda misalnya. Konsumsi obat sesuai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan.  

Waspada ESO merupakan salah satu langkah untuk mengurangi terjadinya kesalahan penggunaan obat. Sejak saat ini, usahakan selalu membaca keterangan di kemasan obat, dan tetap cerdas gunakan obat.

Cegah Resistensi dengan Bijak Gunakan Antibiotik



“Saya sudah sembuh, jadi obat antibiotiknya tidak dihabiskan,” kata seorang teman saat ditanya mengapa ada obat sisa di rumahnya. Lalu dia pun bercerita bahwa sisa obat tersebut disimpan untuk persediaan.“Saya cocok minum obat ini.” imbuhnya lagi. Obat sisa tersebut akan digunakan jika sewaktu-waktu sakitnya kambuh, jadi tidak perlu ke dokter lagi.

Hal serupa banyak kita jumpai di masyarakat. Bahkan penggunaan antibiotik tidak hanya untuk penyakit infeksi. Flu, alergi, sakit kepala bahkan nyeri otot, diobati sendiri dengan antibiotik. Seakan menjadi obat wajib untuk semua penyakit. Alasan utama bagi mereka, “dengan antibiotik jadi lebih cepat sembuh.”
Saat dijelaskan bahwa obat tersebut tidak bisa diberikan tanpa resep dokter maka jawaban mereka, “saya sudah biasa minum obat ini dan sembuh,” dengan nada tinggi pula.

Tepatkah menggunakan antibiotik dengan cara seperti itu?

Penggunaan antibiotik tanpa pengawasan dokter dan apoteker memang terjadi meluas. Edukasi bahaya yang disebabkannya mulai bergaung. Akibat yang paling banyak terjadi adalah resistensi antibiotik. Apa, mengapa dan bagaimana antibiotik tersebut digunakan, mari kita lanjutkan dalam bahasan kali ini.

Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme lain. Bekerja dengan merusak dinding bakteri, sehingga bakteri penyebab penyakit tersebut mati. Tentu ada dosis tertentu untuk membuat dinding itu rusak. Jika dosis yang digunakannya kurang maka bakteri tersebut tidak mati, malah menjadi semakin kuat. Inilah yang disebut dengan resistensi antibiotik. Alih-alih mematikan bakteri kok malah membuatnya menjadi semakin kuat.

Mengapa terjadi resistensi antibiotik? Seperti yang telah disebutkan, bahwa dosis yang tidak teapt dapat menjadi salah satu penyebabnya. Hal  ini terjadi ketika antibiotik tidak dikonsumsi sampai habis. Begitu gejala berkurang, atau hilang, sebagian orang menghentikan konsumsi obatnya. Termasuk obat antibiotik. Penggunaan antibiotik yang diminum tidak tepat waktu pun ikut menyumbang terjadinya resistensi ini. Penggunaan antibiotika dihitung berdasarkan waktu sehari semalam yaitu 24 jam. Jika dilabel obat tertulis dua kali sehari, bukan berarti obat ini digunakan pagi dan sore hari. Tapi dalam 24 jam dikonsumsi sebanyak 2x.  Jadi seharusnya diminum tiap 12 jam. Perhatikan aturan pakai yang sudah dijelaskan oleh apoteker. Belum lagi ketidaktepatan penggunaan antibiotik sesuai dengan penyebab penyakit yang dideritanya.


Antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang penyebabnya adalah bakteri. Ingat, tidak semua penyakit harus diobati dengan antibiotik. Jika penyebabnya adalah virus maka tentu tidak akan efektif jika menggunakan antibiotik.
Mengapa resistensi antibiotik itu berbahaya dan  harus dicegah?
Jika suatu hari Anda sakit dan mendapatkan antibiotik lalu tidak dikonsumsi tepat waktu , tidak tepat penggunaan, serta  tidak tepat dosis ,  maka bakteri penyebab sakitnya menjadi resisten. Kemudian ketika  suatu saat Anda sakit lagi, maka bakteri tersebut sudah tidak mampu lagi ditembus pertahanannya oleh antibiotik yang sama seperti sebelumnya. Semakin resisten, tentu dibutuhkan antibiotik dari kelompok yang berbeda, dengan kemampuan yang lebih mumpuni sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang semakin kuat.

Hal ini akan berakibat pada harga obat yang  semakin mahal dan bisa jadi penyakitnya pun menjadi lebih berat. Waktu untuk penyembuhan akan semakin lama, bahkan bisa terjadi kematian. Kerugian akibat ketidaktepatan ini tidak saja  berkaitan dengan faktor ekonomi namun terkait juga dengan kualitas hidup. Hal lain yang dikhawatirkan adalah keberadaan antibiotik. semakin banyak bakteri yang resisten, dan antibiotiknya semakin langka, maka diperlukan antibiotik jenis baru untuk mengatasinya. Hal ini mmbutuhkan waktu penelitian yang sangat lama juga biaya riset yang tak sedikit. Ketika jatuh sakit dan membutuhkan antibiotik, tidak ada jenis antibiotik yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Infeksi akan mudah menyebar,mengakihatkan kematian.

Oleh sebab itu, mari kita sama-sama menjaga penggunaan antibiotik yang tepat. Kita bersama mengurangi terjadinya resistensi antibiotik. Hal yang bisa kita lakukan untuk ini adalah selalu mengingat aturan tentang penggunaan antibiotik baik untuk diri sendiri, lingkungan terkecil atau keluarga, juga masyarakat.
Aturan 3T  ini memudahkan kita untuk mengingatnya, yaitu:
  1. Tidak membeli antibiotik tanpa resep dari dokter
  2. Tidak menyimpan antibiotik untuk persediaan, jadi selalu dihabiskan. Tidak ada sisa obat antibiotik
  3. Tidak memberikan antibiotika sisa kepada orang lain.
 Jika kita bijak dalam menggunakan antibiotik, harapannya adalah kita ikut mencegah terjadinya resistensi, juga menyelamatkan generasi penerus dari kelangkaan antibiotik serta hal lain yang  merugikan. Jangan ragu ya, untuk bertanya kepada apoteker seputar informasi penggunaan obat.


Yuk, dicek kotak obatnya!




Adakah Bedanya Drop dan Syrup?


Pertanyaan seorang bapak sore itu membuat saya teringat kemungkinan kesalahan penggunaan obat akibat bentuk obat yaitu drop dan sirup. Sebagian masyarakat bisa jadi belum mengetahui perbedaan keduanya.

Anaknya yang masih bayi menggunakan obat drop atau tetes. Di dusnya tersedia pipet. Dan kakaknya menggunakan bentuk sirup untuk merk obat yang sama. Nah, obat si kakak habis. Bapak ini berinisiatif memberikan obat milik si kecil. Beliau bertanya untuk memastikan dosis yang diambilnya sudah benar.

"Tinggal diukur aja kan, Mbak?"
Biasanya setengah sendok obat, artinya 2.5 ml kan?

Untuk menjawab pertanyaan beliau, saya ambil kertas dan kalkulator. Lalu menuliskan komposisi yang ada di dus obat drop tersebut. Setiap 0.8ml mengandung sekian miligram obat. Saya mencoba menjelaskan. Beliau memperhatikan. Lalu saya tulis juga komposisi sirup. Setiap 5ml mengandung sekian miligram obat.

Ternyata bentuk drop lebih pekat. Dengan volume yang sedikit ( biasanya 10-15ml) mengandung bahan obat yang lebih besar dibandingkan sirup.

Bayi tentu akan kesulitan jika harus meminum obat dengan jumlah yang besar. Dengan ukuran sedikit saja terkadang dimuntahkan ya. Oleh sebab itu dibuat bentuk drop atau tetes. Dibuat lebih pekat.

Nah, akan fatal akibatnya jika bapak tadi mengambil 2.5ml obat bentuk drop untuk diberikan ke anaknya karena beranggapan dosis minum sirup pun demikian.

Perlu diingat. Meski nama sama, bentuknya pun sama-sama cair tapi drop dan sirup punya perbedaan yaa. Tidak sekadar volume kecil dan besar tapi tentang jumlah obat yang ada didalamnya.

"Wah, ternyata gak sama yaa Mbak?" Tanyanya setelah melihat hasil coret-coretan di kertas menghitung takarannya.

Saya bersyukur beliau bertanya terlebih dahulu sebelum melakukannya. Mengkonversi bentuk sirup ke drop bahkan tablet bisa saja dilakukan asalkan perhitungannya benar. Jika keliru bisa berakibat hal-hal yang tidak diinginkan

#onedayoneposting
#odop
#ramadan-2


Pentingnya Mengetahui Ukuran Sendok Obat



Apa yang dilakukan ketika harus meminum obat dalam bentuk sirup? Tentu dengan menggunakan sendok ya. Nah, saat saya memberikan edukasi seputar penggunaan obat, sebagian besar masyarakat masih menggunakan sendok rumah tangga yang ada di rumah sebagai sendok takar obat. Jika tertulis sendok teh, maka digunakan sendok kecil atau sendok teh di rumah. Jika dinyatakan sendok makan obat, maka sendok yang dijadikan sebagai sendok takar adalah sendok besar yang biasa digunakan saat makan.

Tepatkah jika sendok takar obat diganti dengan sendok teh atau sendok makan tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita perhatikan sendok yang ada di rumah. Setelah diamati meski namanya sendok teh atau sendok kecil, bentuknya bisa bermacam-macam. Cekungannya pun berbeda. Ada yang sangat cekung, ada yang sedikit saja cekungnya. Ada yang bentuknya lonjong, ada yang cenderung bulat. Begitu pula dengan sendok makan di rumah, bentuk dan cekungannya berbeda-beda. Saya pernah mengisi sendok yang ada di rumah dengan air, kemudian saya ukur berapa volume dari sendok tersebut. Ternyata sendok teh yang ada di rumah, ukurannya sekitar 2.5-3 mililiter. Sedangkan sendok makan yang biasa saya gunakan berukuran 8 mililiter. Ini  baru satu contoh, bisa jadi sendok di rumah Anda volumenya berbeda dengan yang saya miliki. Bukankah banyak sekali variasi bentuk sendok sekarang ini.

Berapa ukuran sendok obat?

Sendok obat yang dimaksud dalam takaran obat mempunyai volume yang sama. Berdasarkan buku panduan dalam kefarmasian, sendok teh yang dimaksud dalam takaran obat adalah sendok berukuran 5 mililiter, sedangkan sendok makan berukuran 15 mililiter (ml). Dalam kemasan obat biasanya sudah tersedia sendok takar obat yang dimaksud. Bentuknya bisa berupa sendok, atau bentuk cup seperti tutup botol. Keduanya dilengkapi batas volume tertentu.  Sehingga memudahkan konsumen saat akan menggunakannya. Angka yang tertera pada umumnya 1 ml, 2.5 ml, 5 ml, 7.5 ml sampai 10 ml.

Dalam kemasan obat berbentuk drop/tetes pun dilengkapi alat untuk mengukur dosisnya. Bentuknya bukan sendok melainkan pipet tetes. Di pipet ini tertera juga batas garis yang menunjukkan volume. Lihat angka yang tertera lalu ambil sejumlah obat sesuai dengan kebutuhan. Jika harus dikonsumsi dalam satuan tetes maka tinggal ambil sejumlah obat lalu teteskan. Ukuran besarnya tetesan pun ada ketentuannya. Jadi jika pipetnya sudah pecah ujungnya atau tidak utuh lagi, jangan digunakan.
Dengan mengetahui ukuran standar dari sendok takar obat, maka kita dapat menjawab pertanyaan di atas. Bahwa menggunakan sendok rumah tangga untuk minum obat itu keliru, tidak tepat karena volume sendoknya berbeda.  Tidak sesuai dengan dosis yang disarankan.  Jika harus minum 1 sendok teh, maka ukurlah obat hingga  5 ml. Jika yang diminta 1 sendok makan, maka obat ditakar hingga 15 ml. Bagaimana seandainya tidak ada sendok atau cup yang berukuran 15 ml? Anda tinggal menggunakan sendok teh obat yang berukuran 5 ml sebanyak tiga kali, sehingga total obat yang diminum tetap 15 ml atau setara dengan 1 sendok makan obat.

Mengapa minum obat harus sesuai sendok takar obat?

Saat mengkonsumsi obat dengan takaran yang tidak sesuai, maka akan timbul masalah. Obat sudah dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan hasil maksimal sesuai harapan. Salah satu syaratnya menggunakan dosis sesuai anjuran.  Obat batuk misalnya, akan memberikan efek maksimal pada orang dewasa dengan cara diminum 1 sendok makan obat atau 15 ml. Namun, dikonsumsi dengan menggunakan sendok makan rumah yang volumenya hanya 8 ml. Apa yang yang akan terjadi ? Ya, obat tersebut tidak bekerja dengan maksimal. Batuk tidak kunjung reda, karena  jumlah yang harus diminumnya kurang. Begitu pula saat minum obat demam misalnya. Seorang anak yang seharusnya minum obat sebanyak 5 ml, ternyata hanya minum 2.5 ml karena menggunakan sendok teh rumah bukan sendok teh obat. Saat demam tidak turun, bisa jadi karena dosis yang diberikannya tidak sesuai.

Berkurangnya dosis obat bisa mengakibatkan resistensi antibiotik jika obat yang digunakan kelompok  antibiotik. Bakteri jahat yang seharusnya dimatikan dengan dosis tertentu, akhirnya hanya pingsan atau melemah saja, karena jumlah obat yang diminum tidak sesuai jumlahnya.
Selain itu, dosis obat pun bisa saja berlebih jika tak menggunakan sendok takar obat. Dan ini berbahaya bukan?

Yuk, mulai sekarang gunakan sendok takar obat yang sesuai dengan anjuran.. Mintalah sendok takar obat kepada apoteker, jika Anda tidak mendapatkan sendok takar obat 
Cerdas menggunakan obat dapat mengurangi risiko kesalahan penggunan obat  Menggunakan takaran yang sesuai salah satunya, agar aman dan efektif.




Senin, 11 Desember 2017

Lingkaran

Saat kita berkumpul dengan banyak orang, maka membentuk lingkaran adalah cara yang paling sering dilakukan entah dengan duduk melingkar maupun berdiri melingkar. Makan bersama dengan melingkar, diskusi dengan melingkar, ngobrol santai lebih terasa nyaman dengan melingkar dan paling enak menikmati api unggun pun dengan duduk melingkar.

Mengapa dengan bentuk melingkar menjadi pilihan?..ya saya tahu, anda akan menjawab jika bentuk jajaran genjang itu sulit, apalagi trapezium hahaha. Iya kan?

Saya mengetahui bentuk melingkar itu mengandung makna yang dalam saat saya mengikuti sebuah kegiatan training, dimana setiap diskusi kelompok maka selalu diusahakan dalam bentuk melingkar/lingkaran. Terkadang melingkar rapat tanpa celah hingga lutut saya bersentuhan dengan lutut teman sebelah. Namun ada pula kondisi lingkaran yang tidak terlalu rapat. Saat melakukan ini, saya merasakan banyak manfaatnya. Dan memang melingkar mengadung makna yang dalam.  Yuuk kita perhatikan.

Saat duduk berdekatan dengan bentuk lingkaran maka energy positif akan saling menguatkan antara satu dengan lainnya, dan mencegah energy negative masuk ke dalam diri kita. Kita merasa dekat antara satu dengan lainnya, merasakan satu kesetaraan, satu frekuensi. Akibatnya saat kita berbicara atau berdiskusi kita akan merasa lebih rileks.

Selain itu dengan duduk melingkar maka energy yang dikeluarkan jugan tidak terlalu besar untuk berbicara atau bergerak sehingga lebih efektif dan efisien juga.
Apalagi ya?? Oh yaa…duduk melingkar membuat kita menjadi lebih mudah mengenal satu dengan lainnya. Oleh sebab itu cobalah saat anda sedang memimpin diskusi kelompok kecil, buatlah lingkaran dengan rapat, dan rasakan manfaatnya.  Begitu pula saat hendak mengenal satu dengan lainnya, maka bentuklah lingkaran.

Lingkaran adalah garis tak putus, maka yang diinginkan dari semua yang ada dalam lingkaran tersebut adalah simpul-simpul yang membuat perjalanan tak pernah putus, begitu pula silatrahmi. Melingkar menimbulkan kehangatan, coba deh perhatikan ular. Hidupnya diam melingkar heheh. Eh, ini semua penafsiran  ala bule_tati yaaaa……hehehe.


Turbulensi Kehidupan

Kencangkan sabuk pengaman, jangan panik dan tetap di tempat!. 

Begitu kira-kira pesan peringatan ketika kita mengalami guncangan tidak menyenangkan saat bepergian dengan pesawat. Mungkin saat itu pesawat sedang mengalami turbulensi. Pada tingkat tertentu yang cukup parah, tentu turbulensi ini membahayakan keselamatan.

Rasanya tidak asing dengan istilah turbulensi jika kita bicara tentang pesawat, tentang penerbangan. 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, turbulensi adalah sebuah gerak bergolak tidak teratur yang merupakan ciri gerak zat alir. Sebuah ketidakberaturan itulah inti dari turbulensi menurut saya
.

Hal ini bisa saja kita alami dalam perjalanan kehidupan. Saat merasa sisi kiri kanan sempit, tidak stabil, membuat limbung dan hampir membuat kita terjatuh, saat merasa tubuh ini bergetar terhadap apa yang terjadi, maka kita seakan-akan mengalami turbulensi. Saya memberi sebutan kondisi seperti ini adalah sebuah turbulensi kehidupan. 

Kejadian ketidakberaturan, ketidakstabilan yang dialami karena hadirnya faktor dari dalam maupun luar diri kita. Pijakan harus diperkuat, cara berpikir harus diubah, kreativitas mesti diasah dan energi harus dikeluarkan agar tercapai kembali sebuah keteraturan. Turbulensi kehidupan bukanlah hal yang harus ditakutkan, namun dinikmati karena didalamnya kita akan merasakan sebuah lompatan-lompatan energi yang tinggi.  

Jika seorang pilot pesawat menyatakan bahwa turbulensi adalah bagian dari terbang, maka saya beranggapan bahwa turbulensi juga bagian dari kehidupan. Tidak nyaman namun akan bergerak menjadi nyaman, tidak stabil dan akan bergerak ke arah yang lebih stabil. 

Energi positif biasanya akan melompat dengan dahsyat dalam sebuah ketidakberaturan. Semakin dekat dengan-Nya, merasakan rasa syukur yang dalam dan hidup akan terasa lebih hidup. Mari hadapi dengan tenang jika saat ini anda sedang mengalaminya. Tidak berbahaya, akan membuat hidup menjadi lebih hidup.

Minggu, 20 Agustus 2017

Sekali Dayung, Tiga Pulau Terlampaui


Dok: Kaka Emma
"Bulek, kita jalan ke Pulau Tiga yuk”. Begitulah Mbaim memintaku untuk  membuat short trip di sekitaran Banten.  Waktu yang tersisa dalam minggu ini adalah tepat di tanggal 17 Agustus. Hanya punya waktu dua hari untuk mencari  penyuka bolang  dan mencari  informasi  tentang biaya sewa kapal serta rutenya.  “Minimal ada lima orang, kita berangkat.” 

Mbaim sepakat.  Mulailah berkirim pesan singkat ke Cikwen,  Badui serta Kakak Emma. Jawabannya Iyesss!!  Ternyata  Nong Yuni pun libur. Horeee jadilah jumlah minimal terpenuhi.  Bakalan tambah seru jika ada yang mau bergabung lagi. 

Dan kita senang banget saat Mak Vera nan cantik mau piknik ala-ala. Lalu ada Claudia Bella alias Nong Bunga. Ahaaaiii...para Nong Banten sepakat piknik bareng. Kami tidak seluruhnya saling mengenal tapi itu akan membuat perjalanan makin asik karena punya teman baru.

Selasa pagi bertelepon dengan Pak Arifin.  Pemilik kapal yang bermarkas di Dermaga Karangantu. Sssstttt..ini bukan dermaga para hantu yaak. Dermaga ini merupakan dermaga yang terletak di wilayah Kasemen, Serang  dan merupakan dermaga untuk pergi ke pulau-pulau di sekitaran Banten. Harga pun cocok, sewa kapal Rp. 400.000 untuk trip ini. Dan saya katakan bahwa akan merapat di sana sekitar pukul  08.30 bersama pasukan lengkap. Para juara Nong Banten tingkat RT

17 Agustus, pukul 07.30 pagi satu persatu memasuki  lapangan eh halaman rumah hijau. Tapi bukan untuk upacara, melainkan sebagai  tikum alias titik kumpul.  Absen logistik berjalan.  Mie goreng, nasi, serta  aksesoris makan siang sudah siap masuk kotak. Cikwen ahli perpudingan. Nong Banten lainnya bersiap dengan aneka cemilan. Maklum lah, pasukan ini kelompok piranha, semua suka hahaha.

Drama pertama dimulai. Nong Banten yang sumringah belum datang. Cindy Claudia Bella alias Bunga mulai ngantuk. Posisi duduk tegak bergeser satu persatu. Nong Mbaim dimanakah dirimu? Semua cemas, khawatir Mbaim terjebak harus bantu peserta upacara yang pingsan. Atau jangan-jangan sedang bantu Pak Polisi atur kemacetan. Mbaim suka gitu wkwkwk.  

Hampir  pukul sembilan, suara motor dan ketawa khasnya terdengar sejak dari pagar. Akhirnya Mbaiim datang juga. Alhamdullilah  yang kita khawatirkan tidak terjadi. Mbaim baik-baik saja.


Bismillah, kami berangkat! Eeits tak lupa foto sebentar. Wajah belum terpapar terik matahari. Oh iya, untuk piknik kali ini kami sepakat ber-angkot ria. Untuk menambah keakraban hahaha. Kalau bawa motor kan jalannya sendiri-sendiri. 

Angkot biru pun mengantar kami menuju Karangantu. Rp.100.000 mengantar kami hingga ke dermaga. Masyaallah, jangan ada yang lupa. Satu Nong Banten setia menunggu di halte PCI. Kaka Emma, yang terkenal dengan senyum manisnya.

“Miriiiiiip buleeeek!!” Mak Vera dan Cindy Claudia ber-Bunga teriak kompak saat Kakak Emma masuk ke angkot. Aku terbengong-bengong. Apa yang membuat kami mirip ya. Ah sudahlah, sepertinya kedua temanku ini kena halusinasi. Di dalam angkot perkenalan pun dimulai. Hai..hallo..hai...!! Bunga pun adalah teman baru bagiku. Meski sering mampir di wall namun kami tak pernah bertemu.

Perjalanan berlanjut. Menuju Kramat Watu, lalu berbelok ke kiri. Pak Arifin berkirim pesan dan bertelepon. Sepertinya beliau mulai cemas, penyewa kapal tak muncul dan tak ada kabar berita. 

Rute agak berubah sedikit, karena jalan yang biasa dilalui sedang ada pengecoran beton. Dan kami tetap menikmatinya meski jadi berputar melewati persawahan serta kebun. Pemandangan yang cukup membuat mata teduh karena hijaunya pematang sawah.

Angkot merapat dengan sempurna di Karangantu. Pak Arifin sudah menunggu. Bertegur sapa lalu langsung membeli tiket ke Pak Candra. Beliau adalah pengelola Pulau Tiga dan Pulau Empat. Di sini, kami harus membayar 15 ribu rupiah untuk tiket masuk ke dua pulau tersebut plus gratis saung untuk beristirahat. 

Para Nong Banten pun mulai naik ke dalam kapal. Pak Syafei menjadi nahkoda kapal.  Mandiri adalah kapal yang akan digunakan untuk berlayar. Cocoklah dengan para penumpangnya. Perempuan-perempuan yang masih sendiri. Upps! Pak Arifin melepas kami dengan lambaian tangan. 


                                                                   Siaaap melaut!!

Tanpa ada ombak, angin pun malas untuk hadir. Laut sangat tenang. Terik matahari mulai terasa. Perjalanan berlayar sekitar 40 menit menuju Pulau Tiga. Pulau terjauh dari 3 rangkaian kepulauan.  Cikwen mulai cari posisi untuk tidur, Nong Bunga membuka bekal dan langsung diserbu. Tandas dalam hitungan menit. Apem coklat gula aren. Enaaaak banget dinikmati dengan parutan kelapa.


Ahamdulliah, kapal merapat. Senaaaaang banget begitu sampai di Pulau Tiga. Celetukan sana sini ada saja yang dibuat oleh para Nong Banten ini. Lapaaar adalah yang paling utama. Hahaha. Perjalanan berlayar yang sebentar ini sudah membuat para Nong Banten hipoglikemia.

Buka bekal pun di mulai. Lengkaaaappp!! Terpenuhi gizi seimbang hahaha. Ada buah apel, lengkeng, karbohidrat dan protein. Hidangan penutup berupa puding mangga dan coklat pun buatan  Nong Banten Cikwen membuat teriknya matahari menjadi sedikit lebih dingin. Nyeesss dinginnya sampai ke hati.

Dok: Kaka Emma





Selesai makan siang, Nong Yuni menyodorkan potongan mangga muda. Woooow! Rasa asemnya membuat wajah Mak Vera berubah. Nong Yuni spesialisasi mengupas mangga terutama mangga dengan ukuran besar. Kebetulan mangga yang dipetik dari rumah ini ukurannya memang jumbo. Mungkin seukuran 34B eeeh...duh kok jadi bicara ukuran yak. Hmmmm, para Nong Banten memang suka begitu.


“Sudah siap?” tanyaku. Siaaappp! Kami berjalan menuju jembatan asmara. Entah mengapa namanya begitu. Mungkin yang membuat jembatan ini sedang LDR-an. Kaka Emma menjadi fotographer handal kami. Abadikan setiap momen dan sabar menerima aneka permintaan. Jarum jam bergerak lewati angka satu. Okey! Eksplore Pulau Tiga disudahi. Pemandangannya yang cantik sudah terekam dalam puluhan foto kami.









Dok : Kaka Emma
Berkemas untuk sholat. Beberapa masih jeprat-jepret di berbagai sisi Pulau Tiga. Para wisatawan yang datang ada yang asik bermain kano, ada juga yang snorkling. Kami memutuskan untuk tidak bermain air di sini. Sebelum pulang, air kelapa muda yang segar membasahi tenggorokan yang kering. Cukup 10 ribu untuk satu butir kelapa muda.

Oh ya, kami sempat menegur sekelompok pemuda yang meninggalkan sampah di saungnya. Daaaaan, teguran kami berhasil membuat mereka berbalik arah, memungut mantan eh bekas air mineral serta bungkus plastik makanannya. Mereka diam di sana, tak beranjak. Kami tertawa kecil, berhasil membuat mereka untuk tidak tinggalkan sampah. Begitulah pemuda, sering banget tinggalin mantan seenaknya eeh maksudku tinggalin sampah J.

Perahu bergerak tinggalkan Pulau Tiga.

Pak Syafei beraksi. Kami pasang posisi agar matahari yang bersinar sangat lucu ini tidak terlalu memapar kami. Kurang lebih 15 menit-an nampak pulau yang kami tuju. Horeeee kami sampai di Pulau Empat. Rencananya kami tak turun, tapi beberapa orang di sana melambaikan tangan ke arah kapal kami, seakan meminta untuk merapat.

“Lhaaaa, itu teman-temanku! Teriak Kak Emma. Kita turun...kita turun!!

Wajahnya sedikit panik dan terkejut. Beruntunglah kami mendarat di sini. Teman-teman Kak Emma ini menjadi malaikat penolong saat kami mulai berhalusinasi minuman dingin.  Gelas sampai berembun dan terbayang kulkas dengan segala isinya yang serba dingin. 

Taraaaa!! Mereka memberikannya. Beberapa botol minuman dingin langsung diberikan di tangan kami. Termasuk buah semangka. Ukurannya besar banget. Mungkin lebih dari 72B. Nong Bunga sampai mengerahkan sekuat tenaga untuk membawanya. Teman-teman Kak Emma yang berwarga negara Korea ini seakan bisa membaca pikiran kami. Atau mungkin wajah kami bertuliskan “haus..haus”.  Super, luar biasa saat apa yang kami bayangkan tiba-tiba ada di tangan kami.

Momen yang sangat jarang ini tak lupa untuk diabadikan. Wajah ceria terlihat dari kami saat menerima hadiah dan mengucapkan gamsahamnida. Begitu pun mereka, tak henti-hentinya memfoto kami. Entah apa yang menjadi daya tarik dari kami ini. Hahahah.

Suasana Pulau Empat?


Waaaah, damai.....tenang....bersih...tak ada sampah. Kami tak lama di sini karena banyak paparazi mengambil foto Kak Emma. Dan Kak Emma pun jadi sedikit gagal fokus karena tak disangka bertemu team kerjanya di sini. Para Nong Banten ini pun naik perahu lagi. Menuju Pulau Lima.  Pulau ini berbeda arah dengan Tiga dan Empat. Namun lebih mendekati ke arah pulang. Semangka merah pun disantap di perahu. Nikmat tiada dua. Bayangkanlah eta terangkanlah..., di tengah laut ada semangka merah dan dingin. Luaaar biasa. Rezeki anak yang sedang berusaha solehah.




Okey, mari kita lanjutkan perjalanan ini.  Ada Apa di Pulau Lima?

Di pulau ini kondisinya tidak terlalu terawat, saung atau gazebonya banyak yang rusak. Sampah? Banyak banget. Berbeda sekali pengelolaannya dengan Pulau Tiga dan Empat. Untuk masuk ke pulau ini, setiap pengunjung dikenakan tarif Rp. 5000. Kami di sini makan untuk kedua kalinya. Tandaskan semua. Bersih. Ntappp!!

Di hari ulang tahun kemerdekaan rasanya menjadi hambar jika kami tak melakukan apa pun untuk memperingatinya. Yess!! Kami membuat video. Koreographer nan imut mulai beraksi. Latihan sebentar, lalu action!  Penuh tawa saat membuat video dengan durasi pendek ini. Ada saja kesalahan yang dibuat. Bendera belum berkibar, kaki terpotong, atau ada pula yang berinovasi sendiri dengan gerakannya. Hahahaha...,begitulah kami. 

Gak pake lama, cukup 3 kali cut jadilah video klip ala-ala yang mempesona. Tapiiii, ada lagi salahnya. Aku bersuara dengan sangat nyaring dan terekam dengan baik di sana. Hahahah...maafkan. Maklumlah biasa jadi pelatih senam, jadi bawaannya teriak-teriak. Para Nong Banten pun menggoyang Pulau Lima. Panasnya matahari tak goyahkan keceriaannya.




Dok : Kaka Emma

Jarum jam bergerak hampir tinggalkan angka 5. Nong Bunga masih harus bekerja shift malam. Kami pun bergegas tinggalkan pulau. Sebelumnya abadikan momen cantik dengan siluet senja di bibir pantai. Perahu pun bergerak kembali, menuju Karangantu. 





Sebelum adzan magrib kapal merapat di dermaga. Kami berjalan beriringan mencari angkot terdekat. Alhamdulillah, sampai di rumah sebelum pukul tujuh malam. Berpisah dengan teman-teman dengan membawa cerita tentang keajaiban dan keceriaan sepanjang hari itu.


Sekali dayung, tiga pulau terlampaui. Itulah kami, para pejalan yang slalu membuat cerita dalam kehidupannya. Terimakasih teman seperjalanan telah membuat semua momen menjadi indah untuk di kenang. Meski berkawan baru bukan berarti tak bisa membuat perjalanan menjadi dekat dan akrab. Karena pada akhirnya bukan lama atau sebentarnya kita saling mengenal yang membuat hati kita saling bertaut. Bukankah begitu?

Penasaran dengan perjalanan kami? Ada video hasil syuuuut model kondang kelurahan Damkar Nong Cikwen. Pasti serunya.