Rabu, 14 Januari 2015

Keindahan di Ujung Timur Jawa #Eksplore Banyuwangi_Ijen_Baluran (Part two)


Malam pertama,
Masih tanggal 1 januari, dan baru beranjak dari jam 10 malam. Namun kami semua team 12 sudah sampai di Pal Tuding. Pijakan awal menuju Kawah Ijen, di puncak Gunung Ijen dengan ketinggian kurang lebih 2368 meter diatas permukaan laut. Suasana sudah ramai dengan banyaknya para pendaki yang akan memulai perjalanan dinihari. Parkiran penuh dengan berbagai macam jenis kendaraan. Pak Rahmat, driver dari mobil kami yang banyak bercerita sepanjang perjalanan di perkebunan karet tidak ikut naik ke Ijen. Beliau akan menunggu sampai kami datang. Mas Anner  yang menyambut kami di st. Karang Asem pun tidak ikut menemani trip kami hingga besok sore karena masih harus bekerja. Kami dipandu oleh Mas Gilang, yang menggunakan tas selempang hitam dan topi serta Mas Deva, sepertinya lebih muda dari mas gilang, yang khas dengan rambut kriwil dan senyum lebarnya. 
pose sebelum nanjak
Kami dibekali dengan 1 botol air mineral plus roti manis oleh Tim Kemunir. Bersiap dengan jaket, sarung tangan, masker, serta kaos kaki kami turun dari mobil melihat-lihat kondisi sekitar Pal Tuding. Sinar lampu hanya temaram, bisa dibilang cenderung gelap. Beberapa warung menawarkan banyak pilihan makanan sebelum kami naik ke Ijen, tapi karena kami sudah makan di warung Bu Saleh depan stasiun, kami tidak memesan makanan, kami hanya duduk-duduk saja menanti dibukanya kawasan Ijen pukul 1 dinihari. Kantuk mulai menyerang, dingin sangat. Saya masuk mobil lagi bersama bang Zul dan Mak’e, mengatur posisi dan akhirnya tertidur pulas sangat pulas. Tiba-tiba saya terbangun dan suasana terdengar riuh, Bang Zul dan Mak’e masih tertidur, saya keluar dan mencari teman yang lain, gelaaaap..susaaah menemukan mereka.  Heiii….ternyata Ana tidur pulas di selasar warung.                                  
Suara Mas gilang memanggil kami untuk berkumpul. Sudah lewat sedikit dari pukul 1 dinihari. Hanya Mas Aang yang membawa ransel besarnya, yang lain hanya membawa tas kecil berisi air minum termasuk saya. Mas Gilang mengarahkan bahwa perjalanan untuk mencapai kawah ijen bisa memakan waktu 2 jam dan medannya menanjak, jadi jangan buru-buru, pelan saja dan jangan paksakan jika tidak mampu. Sebenarnya jarak tempuh hanya 3km, namun derajat kemiringan bisa sampai 35 derajat. Waaaaah……ketar ketir juga nih…masih kuatkah saya berjalan. Teringat jarang mengolah raga hehehe. Berdoa sejenak dipimpin Bang Anton kami memulai. Bismillah! Tapak kami membelah hutan di waktu dinihari. Suasana damai, lampu-lampu senter yang digunakan dikepala team lain menyinari jalan setapak. Pohon besar dikiri kanan, beberapa pohon tumbang dan membuat kami harus berhati-hati. Alhamdlh cuaca cerah, bintang dan bulan ikut menyinari. Awalnya beberapa puluh meter kami berjalan bersama, namun saat mulai menanjak kami mulai terpisah. Mas Gilang didepan bersama Mas Aang, Kak Ellen, ibeth, rini, mak’e, zul dan bang anton. Aku, Anna dan kak dolly mulai tertinggal. Dibagian belakang Trias dan mbak Puji ditemani mas Deva. Lama-kelamaan rombongan mas Aang menghilang, aku masih bertiga, dan Trias sudah tidak terlihat dibelakang. Entah berapa puluh kali kami berhenti. Kak Dolly akhirnya terpisah saat tanjakan mulai terasa lebih tinggi. Aku berdua Ana saling menyemangati. Napas pendek, berkali-kali minum, lalu berhenti. Saat kondisi begini, aku jadi ingat umur hahaha, menyadari sepenuhnya, karena semangat terus ada, namun akhirnya mengakui bahwa kondisi tubuh sudah tidak seperti dahulu lagi hahaha. Pendaki gunung palsu :D. Terus membelah malam, berjalan pelan, sesekali berhenti menunggu lampu sorot karena kami berdua hanya mengandalkan lampu dari hape, sinarnya sangat kurang. Sempat beberapa kali berteriak memanggil kak Dolly dengan sebutan Jeng Cynnnn..untuk memastikan dia ikut berjalan namun akhirnya kami tidak lagi mendengar sahutannya. Memandang kebawah rasanya takjub sekali, indahnya lampu-lampu disekitaran Bondowoso membuat aku dan Anna bertasbih melihatnya. Jalur pendakian semakin miring, kami merapat ke kanan, tanah yang berpasir membuat langkah semakin berat. Akhirnya kami sampai di Pos Bunder (posnya berbentuk lingkaran), berbelok ke kanan, dan menanjak kembali. Bau belerang sempat mampir dan terasa sekali, pedih juga dimata. Beberapa pendaki mengingatkan kami untuk membasahi masker. Semangaaaaat…..kami harus sampai ke Ijen. Itu yang membuat kami terus melangkah.  Akhirnya kami mencapai dataran yang landai, penuh dengan orang. Alhmdlh kami sampai di Kawah Ijen. Tapi….mana teman-teman kami. Keadaan masih sangat gelap, bagaimana kami menemukan team kami, bau belerang mulai terasa. Kala kami berdua bingung tiba-tiba muncul dihadapan kami Mak’e dan mba Rini………subhanallah..kami bertemu team kami. Senaaaaang banget. Angin mulai menusuk kami dengan dinginnya, Mas Gilang mencari perlindungan dibalik batu. Mak’e dan bang anton langsung dapat posisi untuk istirahat. Dingin sangat dingin. Kami menanti matahari terbit dan bergeraknya kabut yang menutupi kawah. Kak Dolly mana yaaaa….semua bertanya, lalu kami berkelakar tentang halusinasi kami di stasiun, dan membayangkan di Ijen kami menemukan fast food juga. Lalu tiba-tiba tanpa disangka-sangka saat kami berbincang, ada suara “ KFC gak ada”….dan kami berteriak suka cita..Kak Dolly…………..!! Jenk Cynnnnn…………!! Muncul dengan sandal jepitnya, sendirian, tanpa senter. Subhanallah. Perjuangannya mencapai puncak dilakoniny sendiri dan semangaaat yang menggila. Jauh dari batam harus mencapai puncak! Kok jenk Cyn bisa tau kita disini??....ditempat tertinggi dari kawah ini..dan jawab jenk Cyn dengan pasti….semua akan mencari sunrise, dan puncak tertinggi adalah pilihannya. Mantap!! Oya….Bang Zul teman kamipun terpisah dari rombongan, tapi kami yakin dia sudah ada disini. Trias dan mba Puji entah sampai dimana kami berharap bertemu, mereka berdua didampingi Mas Deva. Gerimis mulai turun, sunrise dipastikan tidak kami dapatkan. Melihat jam, kami sepakat sudah waktunya sholat subuh. Membentangkan sajadah kami bergantian sholat dengan bertayamum dan itu rasanya…masyaallah. Kami benar-benar kecil. Allah Maha Kuasa. Benar adanya bahwa inilah tiang-tiang bumi dan kami ada dipuncaknya. Sehabis subuh akhirnya Bang Zul ditemukan, ternyata dia dari bagian bawah kawah dan alhmdlh dapat mengabadikan bluefire, api biru yang merupakan sebuah keajaiban dan dapat terlihat sebelum pagi, yaaa seperti saat ini masih pukul 4 pagi. Angin berhembus, bau belerang sangat tajam. Mas Gilang bilang…jika kabut ini bergerak maka akan terlihat kawahnya. Titik api biru terlihat dari atas, dan sangat jelas saat berada dibagian bawah kawah. Sudah jam 5, gerimis lagi, Trias dan mbak Puji belum berkumpul bersama kami. Jika dalam 15 menit lagi hujan turun maka kami semua akan turun. Mas Gilang bertanya beberapa kali..yakin mau turun??...liat kawahnya dulu. 
Dan benar…………………hujan tidak  turun, kabut bergerak, lalu kami berteriak……subhanallah….bagus bangeeeet……..kereeeen banget. Indaaahnya Kawah Ijen setelah kabut perlahan pergi. Warna hijau toska terlihat jelas, weslah pokoke kayak gambar di kalender…indah..sungguh indah. 
Bluefire jepretan bang Zul yang turun ke bawah kawah

Senangnya.......ini benar-benar keren

Saat kabut belum hilang dan kawah belum tersapu seluruhnya

Haiiii.............kamiii sampai puncak Ijen
Pose.....:D
Kawah Ijen ini luasnya 5466 hektar, dalamnya 200 meter, memproduksi 36 juta meter kubik belerang dan salah satu pusat belerang terbesar di dunia. Disisi kiri lereng-lereng kawah khas sulfur mempercantik pemandangan kawah ini. Allah Maha Indah. Berdecak kagum, lalu semua ambil posisi………..take a picture, tongsis bergerak, Bang Anton sibuk dengan kameranya dan kami sangat senang menjadi modelnya. Hilang semua lelaaaaah, betis kami yang terasa berat menjadi ringan kembali. Terbayar Lunas di Puncak Ijen. Kami ingin berlama-lama namun kami harus melanjutkan perjalanan, maka tepat pukul 6 pagi kami turun, tinggalkan kawah hijau toska penuh pesona. Sambil turun kami berharap kedua teman kamipun menyaksikan fenomena indah ini, walau kami tak bertemu. Perlahan turun, udara segar, pemandangan nan mempesonaPuncak Gunung Raung dapat kita lihat di pagi ini. Bongkahan belerang disimpan disudut-sudut tanjakan. Beberapa penambang menawarkan belerang yang sudah dibuat beraneka bentuk. Mak’e membeli beberapa buah. Hutan yang semalam kami lewati begitu indah dipagi hari itu. 
Bersama Bongkahan belerang 

Ini namanya pondok Bunder

pohon raksasa hehhe


Saat turun....terlihat puncak Gunung Raung
Sampai di Pal Tuding kembali, dan yang dikejar adalah toilet, sayaaaang tempat ini tidak menyediakan toilet dalam jumlah banyak. Antrian mengular namun toilet terbatas, semoga segera ditambah lagi toiletnya. Saya tidak ikut antri namun langsung menuju warung memesan soto dan teh anget. Pingiiin banget makan gorengan seperti bakwan, tempe atau tahu tapi ternyata tidak ada. Ternyata gorengan tidak umum ditempat ini heheh. Saat makan sudah ada Trias dan mbak Puji, dan saya senang sekali mereka berdua mencapai puncak, namun sayang kita tidak bertemu. Soto yang berisi kol, bihun dan toge dibandrol di 12.000 lumayanlah menghangatkan perut dari perjalanan pagi.  Sebelum jam 9 kami sudah masuk mobil lagi, dan tetaaaap belum mandi dari kemarin ..upps. 
Kami akan menuju ke Baluran namun sebelumnya kami akan dijadikan dalam satu mobil ELF jadi makin siiipp. Sebelum memasuki perjalanan kedua, kami berhenti berganti mobil dan dibekali sarapan pagi oleh mas Aner yang saat itu berpakaian rapi mo ngantor J. Mas Gilang memutuskan sarapan di Pinggir pantai watudodol, pantainya keren di pinggir jalan. Menu sarapan pagi menjelang siang hari itu adalah ‘Pecel Pitik”, jangan bayangkan ini pecel ayam seperti yang sering kita jumpai. Pecel pitik ini ayam yang dibumbui dengan kelapa parut namun bukan serundeng. Beres makan, mas Rully sang driver membawa kita menuju Baluran. Sebuah taman nasional yang terletak di utara banyuwangi, dan nama baluran ini adalah nama gunung yang terletak didaerah tersebut yaitu gunung Baluran. Kenyang dan Lelah membuat kami tertidur pulas, dan terbangun saat mulai memasuki pintu utamanya. Horeee kami akan menjumpai Savana Indonesia. Mobil bergerak perlahan, pohon-pohon besar dengan segala keunikannya berjejer sepanjang tepi jalan. Jangan tanyakan luasnya yaa…..karena sangaaaat luas..25.000 hektar dengan aneka tumbuhan dan satwa. Kami menuju Bekol tempat pengamatan satwa, banyak monyet berkeliaran tapi monyet pintar, tidak ambil makanan bahkan coba liat…..ada yang bisa tutup dan buka kran sendiri.
pinter yaaak


Beristirahat sejenak disini, sholat dan saya saat masuk toilet sungguh senang, airnya bersih dan banyaaaak. Waaaah….senangnya akhirnya bisa jebar jebur sebentar :D,maklum sudah hari ke-2 belum jebar jebur hahahaha.
Kami lalu bergerak kembali menelusuri Taman Nasional Baluran hingga akhirnya tiba di pantai BAMA, pantai mangrove yang membuat mata tak berkedip, 
Mangrove yang bikin kita terpesona
belum lagi pantai disebelah kiri dari pintu masuk, yang eksotis dengan batu-batu besarnya. Mungkin karena memasuki bulan Januari maka sampah banyak sekali di bibir pantai. Di Pantai ini kami berjalan memasuki hutan mangrove, dan ditutup dengan makan siang berupa soto ayam di resto milik koprasi. Tidak ada yang berjualan selain koprasi ini. Selesai makan, kami kembali lagi ke SAVANA BEKOL, indaaaah dengan pesona tersendiri, pohon-pohon kering tanpa daun kokoh berdiri ditengah savanna, Gunung Baluran menambah keindahannya, dan sudah pasti kita semua ambil posisi untuk berbagai gaya. Kamera Hp, saku dan kameranya Bang Anton beredar dengan cepat. Kami seperti model-model majalah Agrowisata hahahaha, dan tentu…mas Gilang, Deva, serta Rully ikut juga menjadi model kami. 
hutan mangrove, cantiiik beneeer
salah satu sudut Pantai Bama

Pantai Bama
hahahha............inilah pelaku dari kemunir

mangrove terbesar di Asia

Kereen khan???

asssekkkk...:D

pohon kesenderian

jepretan bang Anton pasti kereeeen

Haiii.........kami reuni di Baluran
Puas mengabadikan semuanya kami keluar dari Baluran, menuju kota Banyuwangi untuk bermalam di Tanjung Asri Hotel. Perjalanan lumayan panjang 2 jam lebih, pemandangan berbeda, kami jumpai adalah pabrik semen, lalu pelabuhan Ketapang serta perkantoran. Banyuwangi penduduknya sebagian besar adalah petani. Kopi,karet, cengkeh,jeruk adalah hasil kebun andalan. Saya tidak pernah tahu jika jeruk banyuwangi begitu terkenal. Oya..dalam perjalanan ini kami buat ngileeer dengan cerita buah durian merah yang sukar sekali dijumpai,katanya mesti pesan 2-3 bulan sebelumnya jika sedang musim. Yaaaaaah..kami tidak berkesempatan mencicipi buah durian merah khas banyuwangi padahal pesannya sudah setahun, dari desember akhir 2014 sd awal Januari 2015..:D. Mas DeVa janji…mau ajak kita makan durian sayaaang gak kesampean hiks. Saat magrib kami melewati patung Gandrung, maskot kabupaten Banyuwangi. Foto??teteuuuppp…kami berhenti sebentar untuk ambil gambar ini hahahah.  Makasih mas Rully yang sudah mau putar balik untuk patung ini hahaha. 
Penari Gandrung, Maskot Banyuwangi
  Mobil berbelok ke arah kertosari...aseeeek…..............makan malam dengan sajian khas Banyuwangi, Nasi Tempong atau sego tempong. Rame buanget, antri, Mas Gilang membawa kami ke tempat yang pas banget dengan lidah kami. Mbok Nah, sang pemilik warung menyajikan sego tempong ini lengkap, dari lalaban, tempe tahu, ikan asin, perkedel jagung, telur dadar yang gedheee banget, dan lauk lainnya. Plus Sambel terasi yang bikin nampol alias tempong hahaha. Pokoke malam itu kami dibuat kenyang oleh Kemunir.com, jika kita berkunjung ke Banyuwangi wajib mampir ke Mbok Nah. 
Mbok Nah...Mantaaappp

Porsinya bikin nampol, sambelnya bener2 nempong

antri..benar-benar antri...mantaappp
Perut sudah terisi, Mas Rully sang driver mengantarkan kami ke Tanjung Asri, sejuk dan bersih tempatnya. Satu kamar berbagi dengan 2 teman, namun karena ganjil akhirnya saya, anna dan rini memutuskan untuk satu kamar. Waaaah…rasanya pingin langsung melempar badan ke kasur namun apadaya kita belum mandi dari kemaren dan kemaren ahahahaha. Sebelum masuk kamar, mas gilang mengingatkan jam 8 esok pagi kita capcus ke Meru betiri-Green Bay. Mandiiiii....segeeeer banget....lalu masuk ke selimut hahaha, tidur bareng Anna dan Rini, dan saat pagi bersemangat kembali untuk ngetrack ke GreenBay. Oyaa...tempat penginapannya nyaman banget, ditengah kota namun asri. Bisa menjadi pilihan jika ingin berlibur ke Banyuwangi. Tepat jam 7.30 pasukan 12 sudah packing lagi, Hari ini ternyata lebih gila lagi....dan lebih seruuuu....Ceritanya bersambung lagi ...ketemu di edisi GreenBay, pantai merah dan alas purwo yang memukau.
 
selesai sarapan di Tanjung Asri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar