Sabtu, 17 Januari 2015

Keindahan di Ujung Timur Jawa# GreenBay-Pantai Merah-Alas Purwo-Sadengan-Plengkung/G-land#eksplore banyuwangi (part 3)

                                                                                   
                                                                                       Sabtu 03 Januari 2015, Setengah delapan pagi,

Berendam di Teluk Hijau
"Selamat pagi mas Anner", sapaku saat dia mulai membantu merapikan ransel-ransel kami di bagian belakang mobil. 'Pagiii……gimana istirahatnya??" Nyenyaaak  pake banget, "balas aku. Selesai packing, kami mulai ambil posisi untuk memulai perjalanan ke Teluk Hijau alias Green Bay di Taman Nasional Meru betiri. Posisi masih seperti semula, ada mas Rully sang pilot lalu Ibeth dan Bang Anton. Baris kedua Kak Ellen dan Mas Aang ditemani Mas Anner. Baris Ketiga mbak Puji, Mak’e. Jeng Annay bersama Kak Dolly dan Bang Zul di baris ke-4. Dan saya membentuk tim trio kwek-kwek bersama mba Rini dan Trias dibagian belakang plus ransel-ransel diujung kursi. Bismillah, mobil melaju meninggalkan penginapan. 
Hari masih pagi, kami menyusuri jalanan Banyuwangi. Berbelok sebentar menjemput mas Gilang dan persiapan makan siang. Hari ini Deva absen karena mengantar tamu yang lain. Ambil posisi disamping mak’e dan mas Rully tancap gas. Green Bay terletak di desa Sarongan, di Selatan Banyuwangi. Berapa lama nih kita sampai? 2 jam lebih sahut Mas Anner. 
Keluar dari Kota Banyuwangi, kami terjebak macet, sempat tidak bergerak di tugu ( lupa namanya). Arak-arakan Kembang Endhog dengan hiasan warna warni berkumpul di sekitar tugu ini, dan ini benar-benar menghibur. Bang Anton langsung turun seakan tak ingin melewatkan momen budaya ini dalam jepretan kameranya, lalu bang Zul pun ikut mengambil beberapa gambar.
Arak-arakan Kembang Endhog
Hari ini bertepatan dengan maulid nabi Muhamad SAW, dan bersyukur sekali saya dapat menyaksikan sebuah budaya di Negri Blambangan.  Hampir sama dengan kebiasaan di tempat tinggal saya, ada arak-arakan telur dan hiasan bunga mawar dari kertas hias, saya menyebutnya pawai Mauludan. Disini disebut Arak-arakan Kembang Endhog. Ramai kami bersorak  Saat melintas endhog dengan hiasan ungu, kita       langsung teriak….Jeng Annay…itu telurmu  :D

akhirrrnya ikut panen buah naga
Mas Rully ngegas lagi, pemandangan berupa kebun buah naga mulai banyak dijumpai, ternyata Banyuwangi sentra buah naga. Dan saya termasuk orang yang baru pertama kali melihat tanaman ini lengkap dengan bunga dan buahnya. Sungguh ..sungguh indah. Keinginan berfoto ditunda karena kata mas Anner, besok akan jumpa dengan yang lebih luas kebunnya. Banyak penunjuk arah menuju pantai Merah, namun kami berbelok, kami akan ke Green Bay terlebih dahulu. Persimpangan Pancer lalu mulai memasuki kawasan hutan jati milik PTPN, selalu berteriak wow saat melihat pohon berjejer rapi. Nah…decak kagum tak berhenti karena kita memasuki wilayah kebun karet, sengon dan cacao yang sangat luas. Sepanjang tepi jalan tanaman berpucuk merah berjejer dengan sangat rapi. Ini adalah perkebunan Sungai Lembu, namanya unik jadi saya mengingatnya. Jalannya lumayan berkelok, mas Rully lupa dibelakang ada barisan ransel jadi mba Rini sempat tertimpa ransel saat kelok kanan kiri hahaha. Mas….Ingat dibelakang.., seru kami! Pucuk-pucuk merah ini terus menemani perjalanan di kebun karet, menambah indah. Pingin take a pict namun mobil harus terus melaju karena sudah mulai siang. Di dalam mobil, kami berceloteh segala hal, jeng Annay yang batrenya masih penuh, berkicau tak henti hahaha, membuat mobil tak sepi dari tawa. Mas Anner, Mas Gilang pun sampai tak punya kesempatan bicara karena sudah rame oleh canda kita.  Akhirnya pintu masuk Taman Nasional Meru Betiri terlihat. Urus tiket lalu kami ngegas lagi. Tiba di pantai Rajegwesi  namun ini belum sampai ditujuan, bergegas turun karena beberapa sudah ingin ke toilet. Melihat jam, sudah lewat dhuhur, dan Tim Kemunir mempersilahkan untuk istirahat sebentar, sholat lalu makan siang berupa nasi kotak. Awan gelap, namun kami berharap tidak turun hujan. Fasilitas toilet yang minim serta antrian yang panjang membuat kami cepat-cepat berkemas. Sholat dijama ke ashar, lalu memesan kelapa muda sambil menikmati makan siang. Tandas makan siang, masuk kembali ke mobil untuk mencari lokasi parkir yang lebih dekat.

Jam satu siang, persiapan menuju Teluk Hijau
Ada dua cara mencapai Teluk Hijau, bisa melewati jalan darat dengan tracking kurang lebih satu jam, atau melewati jalur laut dengan bersampan ditengah pantai selatan kurang lebih  20 menitan. Kami memilih jalur darat, berjalan pelan sambil menikmati pemandangan kiri kanan. Pesona hijau yang disuguhkan membuat mata menjadi segaaaar, ceraah…..awan gelap bergerak menghilang, gerimispun berhenti.  Ternyata jalan yang kita susuri ini lumayan mendaki dan licin. Tali tambang besar sebagai pegangan ada disisi kiri dan kanan. Melewati lembah yang dari ketinggiannya kita dapat melihat teluk yang akan kita tuju. Berpegangan tangan, berjalan pelan, hati-hati dan harus sabar karena bergantian dari arah berlawanan pengunjung yang pulang melewati jalur ini pula. Tiba-tiba Zul menghilang, katanya mau ambil jalur baru, Rini berjalan sendiri. Tapiiiii tenyata jalur baru yang dimaksud adalah bersembunyi karena kandung kemih plus rectumnya udah gak bisa diajak kompromi, minta jatah dikeluarkan hahahaha. Hanya 1 km namun karena medannya lumayan berat kita cukup lama berjalan. 
treking ke Teluk Hijau

jalannya licin namun ada tambang pengaman

siaaaap trekking dan cari jalur baru
Pantai Batu
Teluk Hijau....................Green Bay
Daaaaan….akhirnya kami menjumpai pantai. Namun pantai ini unik, tidak berpasir melainkan berbatu hingga bibir pantai. Kata Mas Anner, pantai ini menjadi penuh batu setelah kejadian Tsunami 1994, kemungkinan baru dari dasar laut mendarat dipantai ini. Subhanallah. Beristirahat sejenak, ambil posisi berpoto sambil menunggu teman lain. Dimanakah teluk hijau??...masih harus berjalan menyusuri pantai ini 400 meteran, dibalik batu karang nan besar, 
Nyampeeee Teluk Hijau
  Lets go……kami berjalan kembali. Eksotis …..Kereeen pake bangeet, dan mempesona…………saat kami akhirnya menjumpai teluk dibalik karang. Damaaaai……indaaaah, dan memang hijau. Bang  Anton langsung bergerak mencari spot foto, sedangkan aku dan Bang Zul memilih spot teluk sebagai tempat kami mengambil gambar. Tidak kuasa menahan ingin untuk menyentuh air akhinyaa…jebuuuuur basah-basahan, dan airnya yang dingin plus jernih tentunya membuat benar-benar nyaman. Kak Ellen, Anna, Trias, Dolly  dan Mbak Puji akhirnya ikut basah pula. Belum puas bermain dengan air dan berganti pose, mas Gilang serta Anner sudah meminta kami berkumpul. 
Waaah kami belum bermain dengan pasir putihnya. Kita harus pulang, karena mengejar sunset di pulau merah. Yaaaah…kami belum puas, masih terasa susahnya perjalanan kami. Untuk perjalanan pulang, kami memilih jalur laut walaupun setengah takut, tapi mas Gilang bilang….aman, ombaknya gak besar,padahaaalllll…………….
                                                  
Dua Puluh  Menit  Yang Menegangkan
Dengan 2 Perahu kecil berkapasitas @ 6 orang, kami naik di perahu. Team 1 dengan porsi berat
perahu menegangkan
uppps, kak Dolly, Mbak Puji, Trias, Zul, Anna dan mas Gilang siap di perahu pertama, lalu saya, Ibeth, Bang Anton, Mas Aang, Rini dan kak Ellen bersiap di perahu kedua. Heeeyy..mana Mas Anner??..........waaaah ternyata dia melarikan diri bersama Mak’e, pulang pake trekking lagi gak mau naik perahu. Mas Anner memberikan kita waktu dimainkan ombak pantai Selatan…curaaaang hahahaha. Bismillah, pucat sudah wajah saya begitu perahu meninggalkan garis pantai. Tanpa pelampung, tanpa pengaman, perahu kayu mulai bermain dengan ombak. Allahuuuu akbar…maka saya dan Ibeth bersahut-sahutan takbir. Doa apapun terlontar, Asma Allah tak henti diucap, melihat ombak tinggi mengalun, mengangkat perahu kita pelan, Subhanallah, pikiran buruk mulai masuk….bagaimana jika ombak ini menggulung kami. Takbir terucap kembali, Ibeth memegang erat kaos saya, dan saya pada akhirnya memejamkan mata alias merem saat ombak datang lagi. 
senyum sebelum digoyang ombak
Ya Allah….manaaaa bibir pantaaai…sejauh mata memandang hanya lautan lepas. Saya tak bisa tengok kiri kanan lagi, padahal katanya tebing-tebing indah banget. Yang saya cari adalah….manaaa bibir pantai..hiks. Bang Anton sempat kesal dan meminta 2 ababil penumpang gelap kami tertawa senang dimainkan ombak untuk berdoa. Mungkin mereka terbiasa. Rini, Kak Ellen dan Mas Aang basah disiram ombak. Alhamdlh akhirnyaaaaa mataku menangkap bibir pantai dengan perahu-perahu bersandar. Selamat…dan bahagiaaaa bangeeet. Kami memang aneh, senang berpetualang, namun juga takut saat berhadapan dengan samudra lepas. Berbilas disumur dekat parkiran, kami tertawaaaaaa sambil mengingat dua puluh menit yang baru saja berlalu. Di perahu pertama, Anna bercerita kalo Mas Gilang menyarankan melihat pemandangannya saja biar gak takut, padahal semuanya takut dan merem hahahahah. Sambil makan bakso kami menunggu Mas Rully datang. Tak berapa lama  mobil datang,berpopok plastik merah kami duduk di jok mobil .

  Pantai dan Pulau Merah
Mobil dipacu kencang mengejar sunset di Pulau Merah, Tumpukan tas ransel dibagian belakang mulai berantakan susunannya, gerimis turun. Semoga kami masih bisa menjumpai sunset disana. Angin kencang menyambut kami saat sampai, mas rully  memarkir mobilnya namun diurungkan karena angin cukup besar, disertai hujan. Gak jadi turun, mobil putar balik menuju homestay yang tidak jauh dari pantai. Team Kemunir membagi kami menjadi 2 homestay, semua yang berpasangan dijadikan satu plus Zul dan Mak’e, sedangkan kaum single berkumpul disatu homestay. Fasilitasnya bersih, tempat tidur nyaman, serta ruang tivi yang luas. Acara mandi, bersih-bersih dimulai. Mas Anner mengingatkan bahwa nanti setelah selesai makan malam bersama di tempat yang dekat dengan pantai.
ikan bakar pantai merah untuk santap malam
Mandi dan membersihkan diri dari pasir, hujan berhenti, begitu pula angin. Kami keluar bersama untuk makan malam. Waaah…Tim Kemunir menyediakan ikan bakar di warung makan lesehan dekat pantai, tak jauh dari sana ada bangunan pura, sayang karena gelap saya tak bisa ambil gambarnya. Makanan Tersaji dan cepat tandas. Ikan bakar, cumi, serta lalaban singgah sebentar dipiring selanjutnya sudah bermukim di perut. Habis mandi, cuaca dingin, dan lelah serta sport jantung dari Green Bay membuat lapar semakin lapar hahaha. Team ancur masuk lagi ke homestay karena gerimis lagi, tapi kami gak langsung tidur. Selonjoran sambil bercerita seputar perjalanan serta lebih mengenal satu persatu. Kami benar-benar menjadi teman baru di trip ini karena sebelumnya kami tidak saling mengenal. Maka malam itu kami dibuat terpingkal-pingkal oleh ulah kak Dolly, mengurai cerita tentang Raymond, kucing ganteng yang banyak disenangi kucing tetangga namun menjadi anak durhaka karena emaknya belum laku, tentang tanamannya yang mati semua dan itu tanaman langka berjumlah 70an, hanya 4 yang selamat yaitu bayam, dan sejenisnya, tentang keberangkatannya yang bermodal nekat dan salah bawa kostum karena dia pikir kita akan lama di gunung :D, dan tentu saja semakin tergelak karena logat bahasanya yang mengalun indah khas Batam. Aku ikut terkocok perutnya sembari tangan sibuk memijat Jeng Anna. Malam itu sebuah potensi besar dalam diriku terpaksa aku keluarkan karena teman-teman kakinya kram dan lelah. Aku menjadi pemijat dan malam itu pasienku 3 orang. Setelah Anna, lalu mba Puji dan Trias. Giliran kak Dolly minta diinjak-injak, aku menyerah….lanjut oleh mbak Puji, maka malam itu homestay menjadi malpraktek pijat dan penyiksaan menginjak-injak korban :D
Anna tertidur pulas didepan ruang tivi selesai di pijat, Trias mulai merapikan kamar, semua masuk kamar, sudah hampir jam 11 malam, besok adalah hari terakhir trip kami di banyuwangi…….ooohh kami betah nih gak pingin pulang.

Minggu, 04 Januari 2015
Pagiiiiii…………dipantai merah, angin lembut serta awan sedikit mendung tak mengurungkan kami untuk merasakan pagi di pantai Merah. Sebenarnya pemandangan yang dahsyat dari Pantai-Pulau Merah adalah saat sunset, namun pagi ternyata tak kalah indah hanya saja kami tak melihat saat pulau itu disiram cahaya matahari maksimal dan terlihat merah. Icon pantai merah ini adalah bukit yang tak jauh dari pantai yang bisa kita kunjungi jika air pantai surut karena dekat dengan melewati batu-batu. Pagi ini ombak tinggi 3-4 meter dan kami hanya berfoto-foto dipinggir pantai tanpa ke pulaunya. Sepanjang pantai dihiasi paying-payung merah, karena masih pagi payung belum dibuka. Eeeeeh..akuuu menemukan ikan kecil, ternyata katanya kalau kita menyusuri pantai ada tempat pelelangan ikan. Hujaaaan…semua bergerak menepi, tapi kami masih disana. Kak Dolly dan Rini berfoto dibendera merah. Awan pergi matahari muncul dan ternyata wwwoooooow banget, bukit-bukit kecil memang berbeda warna saat disinari matahari. Masih pingin mengabadikan namun mas Anner sudah mengingatkan bahwa kami sudah ditunggu untuk sarapan pagi samping Pos, dan sudah harus packing. Destinasi terakhir sudah menanti Alas Purwo dan G-land.

Pantai Merah di pagi hari

haiiiii.............aku menemukan ikan

Sarapan pagi kali ini nasi pecel plus atributnya. Berada di Pantai Merah serasa berada di Bali. Bahasa Jawa yang digunakan sepertinya berbeda, dan memang benar sebagian besar penduduknya adalah campuran dari Osing, Madura dan Bali. Di daerah ini pula katanya terdapat penambangan emas. Berkemas kembali, ransel-ransel dirapikan mas Anner serta Rully agar tidak berjatuhan saat mobil melaju kencang. Trio Kwek-kwek masih di frekuensi yang sama. Selamat tinggal Pantai Merah, walau kami belum menjumpai kilau emas cahaya mentari saat senja, namun pagi tadi sudah cukup mengobati.

                                                             Alas Purwo, G-land
Alhamdlah menuju destinasi terakhir cuaca terus bersahabat, meski katanya di kota lain diguyur hujan berhari-hari, selama kami melakukan perjalanan hingga pagi ini semuanya berjalan lancar, sesuai harapan. Pemandangan menghijau, kami melewati berbagai perkebunan, dari jati, karet, lalu jeruk, buah naga, kacang panjang, dan tanaman lain. Segaaaaaar. Banyak teman bertanya, mengapa Alas Purwo menjadi destinasi kami, bahkan ada yang mengingatkan tentang seram dan angkernya hutan Alas Purwo. Mungkin mereka banyak yang belum tau ada surga tersembunyi di Ujung Taman Nasional Alas Purwo ini. Suasana riang didalam mobil, ditambah dengan canda dan tebak lagu dari playlist mas Rully yang genrenya bikin kita berkerut-kerut hahahaha. Apapun yang terjadi kami menikmatinya dengan sukacita. Rini tertidur, diikuti trias dan aku, begitulah kami. Menyanyi bersama, kalau capek langsung tidur, begitu bangun makan keripik, lalu nyanyi lagi hahhaha. Bang Antooooon, ini bagus bangeet foto yuuuuk….ajak kita saat melewati pohon-pohon kering di Alas Purwo, dan tentu saja mobil langsung berhenti. 
Kamera beraksi, indah menggoda melihat pohon kering menjulang ditengah hijaunya hutan. Ayoo masuk mobil lagi, perjalanan masih jauh seru Tim Kemunir. Ambil beberapa pict lalu lanjut lagi. Eeeeh ada tukang  daging pentol ayam. Anna dan Rini berseruuuuu..ayooo tunggu kita di sana hahaha (dan kita tidak tau ternyata masih jauh masuk hutannya). Penunjuk Arah Ngagelan tempat penangkaran penyu kami lewati karena menurut mas Anner tukiknya sedikit, jadi dilewati saja. Terus melaju, sinar matahari tertutup rimbunnya daun. Kami akhirnya sampai di Pancur, pantai yang merupakan starting point menuju G-land atau Plengkung. 
 Mencari toilet itu pasti menjadi tujuan pertama, dan sayaaaang banget tempat ini lagi-lagi tidak
mushola di Pancur
dilengkapi dengan fasilitas yang bersih. Air kotor serta tempat yang gelap membuat saya sedikit takut hihihi, lalu saya bersama teman menuju mushola yang lumayan besar namun sayang pula, tempat ini kotor dan berdebu. Oyaaa…….kami bertemu dengan pentol ayam dan langsung semua beli, lumayan buat obat laper. Saya membeli 3 bungkus kacang rebus serta 1 bungkus melinjo rebus. Ternyata kami harus berganti mobil, menggunakan mobil khusus karena medannya berbeda, dan tidak diperkenankan jalan kaki. Satwa Liar masih banyak disini, banteng jawa, babi hutan, anjing hutan masih berkeliaran. 


pasir G-land
Saya duduk dibelakang bersama Mas Anner dan Anna, dan surprise…………….kamiiii dibuat takjub saat mobil mulai masuk hutan…….ribuan kupu-kupu berwarna putih dan orange menyambut kami, subhanallah…..seperti dinegri dongeng….meliuk-liuk terbang diseputar mobil kami. Indaaaaaah sangat. Kami tidak pernah membayangkan berjumpa dengan ribuan kupu-kupu ini. Ternyata saat musim pancaroba atau seperti bulan januari saat ini kupu-kupu banyak sekali. Allah Maha Indah. Sampai  di G-land, kagum kami benar-benar tak henti. 
love is love

indahnya G-land
Rusa di bibir pantai
Ini tempat indah sekali, udara sejuk walau berada di pantai, rusa berkeliaran di pinggir pantai, hening dan membuat saya dan teman-teman seperti di pulau sendiri, sepiiiiiiiiiii memandang pantai nan indah serta jernih hingga dapat melihat isinya seperti rumput laut, karang dsb. Dan dibuat terpana ketika kami menginjakan kaki, pasir merica/gotri dengan warna-warni menjadi pasir pantai. 
Karang nan indah
Berjalan menyusuri pantai hingga ke tempat surfing dan karang-karang yang kece banget. Aneka pose diambil, semua sudut menjadi tempat untuk diabadikan. Sayang kami memang tidak berbasah ria disini, karena stok baju sudah menipis, esok masih bermalam di kereta. Rasanya pingin berguling-guling dipasir nan elok ini,amazing….,tapi kita harus segera pulang, Sadengan belum kita kunjungi, tempat berkumpulnya banteng jawa. Saat berjalan kaki menuju pos tak disangka kami bertemu dengan babi hutan. Ini kali pertama saya melihatnya , besar dan berwarna gelap, bikin kita berlari. Saat menunggu mobil menjemput, saya dan kak Dolly mengambil sedikit pasir untuk kami bawa pulang hehe, dan sudah diacece mas Anner.
Sampai di Pancur, santapan siang sudah tersediaa. Es jeruk terasa segar, santap siang nan nikmat lagi-lagi bikin semuanya menambah nafsu makan. Heraan selama di banyuwangi apapun yang disajikan disantap habis. Piranha semua rupanya kita ini hahaha.
Sadengan, tempat pengamatan satwa liar (banteng jawa dll)
Menuju pulang kami melewati Sadengan, padang rumput savanna dengan luas 80 hektar. Kami melihat sekawanan banteng jawa, serta burung merak di padang savana ini. Baru tau juga ternyata banteng jantan dan betina warnanya beda hehe. Jantan berwarna hitam dan yang coklat adalah banteng betina. Disini ada tempat pengamatan satwa liar tersebut. Sajauh mata memandang hamparan padang rumput nan menghijau. Ayooo angkat tangannya, lihat sini!! Teriak bang Anton kasih aba-aba, siap..kami merapat dan jepretan berkali-kali mengambil gaya kami. Lanjut dengan berfoto depan mobil yang selama 3 hari ini setia menemani. Bersiap pulang. Waah….rasanya tidak percaya jika trip ini berakhir sore ini, belum siap balik ke dunia nyata hiks hiks!.......Jadwal kreta kami Mutiara Malam jam 22.00, kami harus santap malam supaya tidak terulang kelaparan di kereta. Dan tanpa diduga setelah berhenti di pusat oleh-oleh Pelangi, Tim Kemunir mengajak kami makan rujak soto di warung mak Aisah ditepi jalan yang arahnya tidak jauh dari masjid besar Banyuwangi. 
rujak soto mantaaaapp

Rini bersemangat santap rujak soto

Dipinggir jalan kami nikmati malam
Waaaaah benar-benar surprise. Benar kata mas Gilang, nantikan saja kejutan-kejutan dari Kemunir.com :D. Rujak soto itu campuran dari rujak cingur plus usus, babat alias jeroan lalu disiram kuah soto. Nikmaaaat benner, ditambah es temulawak, sempurnalah makan malam kami di negri Blambangan ini. Kami dibekali kolak juga, sepertinya mas Anner takut kita kelaparan hehehe. Kami tertawa lepas malam itu bersama team kemunir, Bang Anton mewakili kita mengucapkan maturnuwun sanget untuk semua sambutan tim kemunir serta atas tripnya yang alhmdlh semua destinasi tercapai, cuaca bersahabat dan peserta semua sehat. Kami harus segera ke St. Karang Asem, berfoto bersama seluruh tim, lalu satu persatu masuk ke dalam ruang tunggu. Oyaa sebelumnya mas Gilang memberikan kami souvenir coverbag untuk ransel kami. Waaah kejutan kedua rupanya. Terimakasih banyuwangi. Kota ini benar-benar indah dan kita semua masuk ke dalam stasiun dengan membawa kenangan yang tentu saja benar-benar melekat dibenak kami semua, tentang semua destinasi kita, tentang team kita, dan tentu saja tentang indahnya Indonesia. Kamiiiii pulaaaaang……………selamat tinggal banyuwangi...................sampai jumpa di Indonesia Indah lainnya
 
Eksplore Banyuwangi berakhir

1 komentar:

  1. Baru baca dengan lengkap and in the end of the story...I have glassy eyes. Miss the place :')

    BalasHapus