Minggu, 03 Mei 2015

#_2 Disitu Kadang Saya Merasa Happy

Kemarin, saya bercerita tentang hati yang sedih saat harus berhadapan dengan pasien yang membuat badan ini jadi ciut, berlatih lagi dengan kata sabar, atau tiba-tiba ada yang meleleh di pipi setelah pasien “marah”. Menangisnya ditahan gak depan pasiennya, tapi begitu masuk ruangan, menyelinap dibalik pintu atau masuk kamar mandi, meleleh juga yang ditahan diujung mata. Malu sebenaranya jika ada yang mengetahui penyebab menangis, tapi itulah yang terjadi, walau usia termasuk sudah sangat dewasa, mau nangis ya nangis aja. Menangis kan tidak dibatasi oleh usia. Benerkan?

Yaa….berhadapan langsung dengan pasien selalu ada cerita.  Untuk tulisan kali ini saya ingin menceritakan banyak hal yang membuat kitapun bahagia tiada tara.  Ada juga yang meleleh di pipi tapi bukan sedih. Sama-sama meleleh tapi emoticonnya beda.

Apa yang membuat disitu kadang saya merasa happy??...gajian?..eeh ini bukan masalah gajian yaa, ini sedang bahas tentang sesuatu yang membuat kita merasa berguna untuk orang lain. Saat kita melakukannya kita merasa apa yang kita lakukan adalah hal yang biasa saja, sebatas kewajiban yang harus dilakukan agar pasien mendapat haknya dengan baik, namun kita terkaget-kaget saat responnya luar biasa. Apapun profesinya pasti bahagia ya saat yang kita lakukan mendapat respon yang baik atau pesan yang ingin disampaikan diterima oleh yang bersangkutan. Seorang guru akan sangat bahagia saat tugas dikerjakan oleh muridnya dengan baik, seorang edukator gizi  akan bahagia saat klien/pasiennya mematuhi anjurannya dan menunjukkan perkembangan yang semakin positif.

Begitu pula kami. Ketika memberikan informasi seputar obat yang akan digunakan lalu pasien aktif bertanya sehingga terjadi komunikasi dua arah, saya merasa apa yang saya sampaikan bermanfaat. Atau tiba-tiba ponsel berbunyi, dan suara diseberang sana bertanya tentang suatu obat maupun berkonsultasi tentang kesehatannya beberapa hari kemudian ada pesan masuk yang mengabarkan kondisinya semakin membaik.  Beberapa teman terkadang minta saya memisahkan stok obat yang ada dirumahnya, menulis fungsinya sehingga akhirnya stok obatnya menjadi lebih rapi dan yang pasti temanku jadi mengetahui kegunaan obat-obat yang ada dirumahnya.
Waktu saya bekerja di Rumah Sakit Daerah pasien yang datang kadang berasal dari desa yang harus menempuh perjalanan panjang sebelum bertemu dengan dokternya. Bahasa Indonesia yang digunakannya pun terbatas, namun semangat berobat dan keyakinan untuk sembuhnya sangat tinggi. Dan itu membuat saya bersemangat juga untuk menjelaskan secara detail tentang obat yang akan diminumnya. Mereka sangat patuh terhadap anjuran yang kami berikan.

Pasien yang lain membuat saya merasa bahagia karena sekarang sudah berani menyuntik insulin ditubuhnya. Saat pertama kali bertemu, beliau tidak tahu cara menggunakannya dan beliau sangat takut bersentuhan dengan jarum suntik, jadi insulin yang diperolehnya dari dokter hanya dipandangnya saja tidak berani digunakannya. Secara perlahan setelah diberi sugesti bahwa ini semua buat kebaikannya dan tidak menyakitkan, alhamdulliah sekarang beliau sudah tidak takut lagi dan rutin datang untuk membeli insulin. Gula darahnya sudah terkontrol dengan baik.

Kisah lain ada juga seorang ibu yang kalau datang ke apotek tidak sebentar.  Pasti bercerita tentang suaminya yang sudah lama harus mengalami cuci darah. Tinggalnya lumayan jauh, setia menemani suaminya. Yang menarik dari pasien ini adalah setiap ke apotek selalu berkonsultasi tentang kesehatan suaminya. Bertanya tentang pola makan untuk suaminya. Bahkan kadang diselingi tawa. Disitulah kami merasa bahagia. Kami merasa kami ada.

Cerita lain??  Bahagia jika yang kita lakukan ternyata bermanfaat untuk orang lain.  Ketika lingkungan  rumah mengetahui bahwa kita seorang farmasis, maka tak jarang tetangga sekitar bertanya seputar informasi obat, minimal kegunaan atau fungsi obat. Begitupula saat ada arisan RT, pertemuan keluarga terkadang kita menjadi semacam narasumber untuk bicara tentang kesehatan. Hai..hai…ternyata ilmuku banyak dibutuhkan orang ya.  Alhamdulillah ternyata lelah belajar dahulu bisa digunakan untuk membantu orang lain.  Bukankah membantu orang lain adalah salah satu misi hidup. Ketulusan dalam setiap apa yang dilakukan. 

Oyaa ada sebuah kisah dari salah seorang seniorku, beliau adalah orang yang peduli terhadap  pasien-pasiennya hingga ada seorang pasien yang jika datang ke apotek selalu ingin bertemu dengannya. Hingga suatu hari pasien tersebut tidak bisa lagi datang ke apotek karena sakitnya semakin parah. Silaturahmi tidak putus begitu saja, datang menjenguk dilakukannya. Dan tanpa diduga ternyata pasien tersebut adalah owner sebuah perusahaan terkemuka. Atas kebaikan dan ketulusan yang dilakukan, maka hadiah yang tak ternilai harganya diberikan oleh owner tersebut. Memanage sebuah anak perusahaan. Yaa…kita percaya janji Allah pasti benar. Menebar saja benih, semoga benih itu tumbuh dan bisa dipanen, jikapun tidak yakin saja bahwa kebaikan-kebaikan yang kita terima setiap harinya adalah karena dari doa-doa mereka.

Ketika dokter sudah meresepkan obatnya dengan tepat maka kami juga berkewajiban untuk memastikan bahwa obat yang akan digunakan oleh pasien sesuai dengan harapan. Mengurangi dan  menyembuhkan sakit yang sedang dialami oleh pasien, ataupun menjaga kesehatan pasien. Jadi izinkanlah kami berbuat banyak kebaikan dan merasakan kegembiraan serta kebahagiaan, lewat diskusi maupun berkomunikasi, jangan sungkan apalagi takut bertanya kepada kami informasi seputar obat, bisa jadi kami tidak bisa menjawabnya saat itu tapi pasti kami akan berusaha untuk mencari tahu. Tentu informasi yang kami berikan sebatas kewenangan kami sebagai tenaga farmasi.

Nah…..jadi datanglah ke kami jika membutuhkan informasi seputar obat. Karena disitulah kami merasa happy. Pertanyaan yang diberikan pasien atau lingkungan sekitar, membuat kami menjadi harus terus belajar tanpa henti.
Kami mencintai pekerjaan ini. 

Cerita lain tentang "tawa" diseputar pekerjaan farmasi, besok lagi yeee....

-           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar