Senin, 04 Mei 2015

#3_Tertawa aku mengingatnya

Pernah dong, kita dibuat tertawa karena kegagalan kita berkomunikasi dengan pasien.  Penyebabnya banyak bisa karena bahasa yang digunakan baik verbal maupun non verbal, atau gara-gara bahasa tubuh kita, gagal paham yang menyebabkan kita tertawa saat kejadian itu. Tertawa karena menahan malu, atau tertawa karena memang lucu.

Pasien yang menderita penyakit kronis umumnya sudah sepuh atau menjelang lansia. Rutin berobat, dan yang pasti obatnya sering berulang alias itu-itu aja. Nah, pasien ditempatku dulu bekerja banyak yang dari desa.  Lalu sangat fanatic dengan dokter yang akan dikunjunginya, termasuk dengan obat yang akan diminumnya.  Ganti Brand bisa berabe gak mau diminum, minum captopril  yang buatan Indofarma gak mau jika sebelum-sebelumnya sudah menggunakan generic kimia farma. Mesti diberi pengertian pelan-pelan agar dipahami. Begitu pula dengan resep racikan. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, resep racikan itu terdiri dari macam-macam obat yang dimasukan ke cangkang kapsul. 
Dari sinilah masalah bermula. Jika bulan sebelum-sebelumnya mendapatkan warna kapsul hijau kuning, eh bulan ini mendapat warna ungu, mereka keberatan. Lapor ke dokter, petugas apotek mengganti obat. Mereka bilang obatnya gak ampuh dan sebagainya. Hadeeeuh…sambil garuk-garuk kepala, saya coba jelaskan bahwa ini sama, hanya masalah cangkang kapsul. Belum paham juga…semua kapsul yang ada diruang racikan saya tunjukkan, bahwa seperti  inilah awalnya. Jadi kalau setiap bulan minta kapsul hijau kuning terus yaa kita gak bisa jamin.  Ada yang mengerti dan mengangguk-angguk lalu ikut memegang cangkang kapsul aneka warna yang aku tunjukkan. Namun ada juga yang keukeuh bin keukeuh gak mau diganti. Repotnyaaa…………….tapi ini lah tantangan berkomunikasi sampai akhirnya kita sama-sama salaman dan bilang, jadi kapsulnya boleh ganti warna ya bu??.....boleh neng…maaf ibu gak tau. Hehe..lega rasanya…

Cerita lain, saat baksos  ke desa-desa, maka kesulitan untuk menjelaskan cara menggunakan obat tiga kali sehari.  Mereka kadang gak bisa baca, ada lagi yang mengartikan makan tiga setiap hari. Nah.saya sering menggunakan  kebiasaan mereka untuk patokan minum obat. Misalnya saya bertanya tentang kebiasaan dari pagi sampai dengan malam. Akhirnya cara minum obat saya hubungkan dengan itu. Misal setelah sholat subuh/dhuha, lalu siang setelah dhuhur maupun malam saat mau tidur atau setelah sholat isya. Alhamdulliah ternyata mereka lebih paham.

Ada lagi kisah ketika harus menerangkan obat  khusus, waktu itu jenis obat yang akan dimasukkan ke vagina. Repotnya yang mengambil adalah suaminya. Ternyata minta dijelaskan agar dia bisa menerangkan ke istrinya. Euleuh..euleuh…saya jadi agak sedikit bingung  tapi akhirnya pasien mengerti dan puas hahaha.
Waktu pertama kali saya bekerja (baru lulus tahun 90an), ada pasien bule yang tidak bisa bahasa Indonesia, waduuh gemetaran saya menjelaskannya. Gak tau mo ngomong apa. Bingung bin takut. Tertolonglah dengan  teringat ada brosur dikotak obatnya hahaha. Jadi saya baca dan saya hapalkan cara pakai, dan gunanya. Aaaihhh..katro banget kan.  Dari situ saya bertekad belajar bahasa inggris buat menjelaskan kepada pasien, walaupun sampai hari ini tetaaap kosakata tdk banyak hahahaha


Ada lagi??...hahaha..selalu dengan kisah landong wkwkwk…..
atau menjadi bersemangat ketika pasiennya mirip afgan…..mahluk kece gitu walaupun Cuma miriiiip doing. eeh ternyata resepnya berasal dari dr. kandungan. Langsung hilang semangatnya hahahaha, karena itu resep milik istrinya **hahahah**
masih banyak nih cerita, tangan masih mau main dilaptop tapi jam sudah bergerak hampir setengah dua, mesti pake uniform dan berangkat kerja..sambung lagi ntar yaaa..:D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar