Selasa, 12 Mei 2015

Jomblo Jatuh Tempo

Malam ini kelas menulis membahas tentang  kegiatan dari seorang penulis muda, satu diantaranya menulis resensi buku. Bisa buku baru ataupun buku lawas. Jadi teringat deh dengan buku karya Mas Dwi Suwiknyo yang ada di lemari kayu, yang aku pesan dua bulan lalu. Apa yang Mas Dwi tulis dibuku yang bikin kita tersenyum walau baru membaca judul bukunya, yuuk disimak.

“Jomblo Jatuh Tempo” inilah judulnya, buku dengan tebal 214 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Revive! yang bekerja sama dengan Pesantren Penulis (Yogyakarta), dan Januari lalu adalah cetakan pertamanya. Buku ini ditulis untuk berbagi banyak jawaban tentang seputar pertanyaan yang menyerang kaum jomblo ( ini kaum apa yak hahaha). Sudah bisa ditebak dong, apa sih pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang disekeliling kaum jomblo. Yup, benar. Kapan Nikah??...nah jawabannya bisa macam-macam. Kalo yang ditanya jomblowan kuliahan, dapat dipastikan bahwa nikahnya nanti setelah beres tesis hehe. Jomblo pekerja tentu beda lagi, jomblo religious, atau jomblo patah hati. Jawaban bisa beraneka warna.

Buku ini disetiap persilnya selalu ada inspirasi hati yaitu semacam catatan pengingat tentang apa yang dibahas dihalaman tersebut. Menyenangkan membacanya karena pesan dari sebuah bahasan lebih mudah dipahami, selain itu dilengkapi dengan gambar-gambar yang lucu dan membuat kita tertawa saat membacanya. Kalimat satir dalam tokoh kartun yang disisipkan sarat akan makna, tidak jarang langsung Nge-Jleeeb kehati. Di bab-bab awal buku ini bercerita penyebabnya menjadi jomblo. Banyak lhooo yang bikin seseorang itu menjadi jomblo. Misal karena mesti bantu keluarga dan adik-adiknya sekolah terlebih dahulu, luka lama, menunda pernikahan, beda strata sosial, mahalnya pernikahan dan lain-lain. Setelah bahas penyebabnya maka Mas Dwi mulai menuliskan tentang bagaimana menjemput jodoh seperti ada dihalaman 87 “carilah di sarangnya” ingat prinsip bahwa orang baik akan kumpul dengan orang baik”. Bab selanjutnya membahas tentang pernikahan dan aksesoris yang menghiasi perjalanan sebuah pernikahan. Masa lalu adalah salah satunya, dan tidak perlu focus dengan dulu..dulu..dan dulu.

Di halaman 99, dituliskan 6 tipe cewek yang dihindari dan menjadikan para cowok tidak berkenan menjadikannya seorang istri, Bagaimana tipe cewek ini menurut Imam Al-Ghazali? Yaitu cewek ananah, tipe cewek yang suka mengeluh, lalu tipe mananah, cewek tipe ini suka membanggakan dirinya sendiri. Tipe ketiga adalah cewek hananah,sudah punya pasangan tapi selalu berangan-angan ingin mendapatkan pasangan yang lebih hebat. Tipe keempat adalah…..(dibaca aja yak di halaman 100-101 heehhehe, biar makin penasaran). Tipe cowok yang mesti dihindari juga dibahas dibuku ini.

Akhirnya dihalaman pertengahan, buku ini mulai menceritakan tentang keutamaan menikah. Pokoknya nikah dulu. Merayakan cinta dengan kehalalan, itu intinya. Apalagi yang ditulis Mas Dwi?, menikah itu bikin sehat, karena tidak akan ada jomblo sakinah hahahah.  Ada sebuah catatan kecil yang cantik, bahwa segala aktivitas yang dilandasi dengan niat baik, insyaallah akan dipermudah oleh Allah. Bab-bab berikutnya berbicara tentang sebuah pernikahan yang sedang dijalani. Bagaimana saat cinta diuji, menjaga agar romantic terus dan terus. Belajar bertanggung jawab atas apapun pilihan kita, belajar dewasa menerima keadaan dan mencintai tanpa syarat dan tentunya selalu berdoa bahwa akan hidup bersama hingga ajal menjemput.


Buku ini ternyata tidak hanya membicarakan masalah jomblo tapi juga mengingatkan bagi yang sudah menikah, hal-hal yang perlu dijaga dan diperhatikan. Bahasanya renyah dan mudah dicerna, mengingatkan dari sudut yang berbeda, dan humoris, ada senyum disetiap halamannya karena mengingat diri sendiri heheh. Menurut saya buku ini bacaan sehat dan tidak hanya untuk yang sedang fakir asmara alias jomblo tapi juga dapat dinikmati yang akan atau sudah menikah.

"Ya Allah, aku mohon agar dapat mencintai-Mu, dan dapat mencintai seseorang yang cintanya bermanfaat bagiku menurut Engkau"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar